Junjung Tinggi Multikultural
SURABAYA – Maraknya isu ekstremis keagamaan di tengah masyarakat mengundang perhatian berbagai pihak. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), salah satunya. Jumat (9/2) mereka mengkaji Religious Extremism dalam perspektif psikologi dan sosiologi.
Pemateri berpengalaman dalam bidang tersebut karena pernah meneliti hal itu dalam perspektif yang sama. Dua narasumber tersebut ialah Siti Kholifah PhD dan Dr Lusy Asa Akhrani.Salah satu materi merupakan penelitian yang dilakukan oleh Ifah, sapaan Siti Kholifah. Dia memaparkan Pertarungan Khilafah dan NKRI dalam Bingkai Keindonesiaan.
Dia menggunakan Twitter sebagai sarana untuk mendapatkan data. ’’Sebenarnya, semua media sosial bisa, tapi saya memilih Twitter karena sering dipakai dan lebih banyak kata-katanya ketimbang gambar,” ujarnya.
Dia menyarankan umat muslim tidak otoriter. Terlebih kepada mereka yang beragama lain. Sebab, Indonesia merupakan negara multikultural. Ada berbagai etnis, ras, dan agama. Untuk itu, masyarakat perlu mengetahui cara saling menghargai. ’’Coba bayangkan umat muslim yang menjadi minoritas di negara nonmuslim. Mereka akan diperlakukan lebih semena-mena jika melihat kita tidak menghargai orang lain,’’ ucap Ifah.