Jawa Pos

Urgensi Kelembutan dan Kasih Sayang

- AGOES ALI MASYHURI* *) Pengasuh Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim

SAAT berceramah dalam rangka haul ke-119 KH M. Sholeh Tsani di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah, Gresik, saya sampaikan sebuah untaian kata bijak, ’’Barang siapa hidup untuk orang lain pasti melelahkan, tapi ia hidup menjadi orang besar dan mati pun menjadi orang besar.”

Dengan santai dan penuh keakraban, saya katakan kepada para jamaah, ’’Barang siapa ingin menjadi orang besar, hendaknya membaca sejarah orang besar.” Ketahuilah, kebaikan yang telah menjadi kebiasaan akan berubah menjadi karakter yang menyatu dengan darah dan akal.

KH M. Sholeh Tsani adalah figur panutan bagi masyarakat Gresik dan sekitarnya. Beliau adalah sosok kiai yang karismatik, telaten, dan sabar dalam membimbing umat untuk mengenal Allah melalui sistem pendidikan pondok pesantren.

Semasa hidupnya, beliau adalah kiai yang sedikit tidur dan selalu menyibukka­n diri dengan menuntut ilmu, menyebarka­n ilmu, beribadah, membaca wirid, berpuasa, berzikir, dan sabar atas terpaan badai kehidupan. Kelembutan dan kasih sayang menjadi modal utama dalam berdakwah di tengah-tengah masyarakat sehingga beliau sangat dekat dengan umat.

Sejarah telah mengabadik­an, fakta berbicara tentang keberhasil­an dakwah Rasulullah SAW dalam membangun tatanan masyarakat ideal. Rasulullah menjadikan kelembutan dan kasih sayang sebagai panglima dalam membangun tatanan masyarakat. Hati orang yang dengki dan membatu pun cepat luluh dan mencair karena sentuhan Rasulullah.

Selanjutny­a saya tegaskan, ’’Carilah kecintaan Sang Pencipta. Sesungguhn­ya Allah menjamin akan menanamkan kecintaan terhadapmu di hati ciptaan-Nya. Jika engkau sudah dicintai Allah, Dia akan membuatmu diterima di bumi.”

Sebagaiman­a sabda beliau, ’’Jika Allah mencintai seseorang, Dia akan memanggil Jibril dan berfirman ’Aku mencintai si fulan. Maka, cintailah ia.’’ Jibril pun mencintain­ya. Selanjutny­a, Jibril memanggil seluruh penghuni langit dan berkata, ’’Sesungguhn­ya Allah mencintai si fulan. Maka, cintailah dia.” Seluruh penghuni langit pun mencintain­ya. Rasulullah SAW bersabda, ’’Kemudian diturunkan­lah untuknya kecintaan penduduk bumi (HR Muslim).’’

Hadis itu sejalan dengan firman Allah SWT, ’’Sesungguhn­ya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang (QS Maryam: 96).’’

Ayat tersebut menjelaska­n bahwa Allah akan menanamkan rasa kasih sayang dalam hati sesama hambahamba-Nya yang mukmin, bertakwa, dan tetap mengerjaka­n amal saleh.

Sebaliknya, jika Allah membenci seseorang, Dia akan memanggil Jibril dan berfirman, ’’Aku benci pada si fulan. Maka, bencilah ia.” Jibril pun membenciny­a. Setelah itu, Jibril memanggil seluruh penghuni langit dan berkata, ’’Sesungguhn­ya Allah membenci si fulan. Maka, bencilah ia oleh kalian semua.” Seluruh penghuni langit pun membenciny­a. Rasulullah SAW bersabda, ’’ Setelah itu, diturunkan­lah untuknya kebencian di bumi (HR Muslim).’’

Betapa indahnya jika kita berbadan sehat, punya rumah, mobil, bisa menikmati makan, minum, dan tidur, sementara di langit Allah memanggil nama kita, ’’Aku men- cintai fulan. Maka, cintailah ia oleh kalian semua.”

Sahabat Zubair bin Awwam RA berkata, ’’Barang siapa di antara kalian mampu beramal saleh dengan tersembuny­i, lakukanlah.” Ibadah tersembuny­i itu bermacamma­cam. Antara lain, melestarik­an salat malam meskipun hanya satu rakaat Witir setiap malamnya.

Lakukanlah langsung setelah isya atau sebelum tidur atau sebelum fajar supaya dicatat di sisi Allah sebagai bagian dari bangun malam.

Ali bin Abi Thalib berkata, ’’Salat Witir tidak wajib dan tidak pula seperti salat maktubah kalian, hanya Rasulullah SAW selalu mengerjaka­nnya dan beliau bersabda ’Sesungguhn­ya Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil. Karena itu, lakukanlah salat ganjil (Witir), wahai pembaca Alquran’ (HR Tirmidzi).’’

Contoh lain, banyak berzikir kepada Allah. Sesungguhn­ya tidak ada yang lebih disukai Allah melebihi kita mengingat-Nya.

Selain itu, bersedekah diam-diam. Sesungguhn­ya bersedekah dengan diam-diam meredakan murka Allah. Jika salat fajar, Sayyidina Abu Bakar terbiasa pergi ke padang pasir, tinggal di sana sejenak, kemudian kembali lagi ke Madinah. Karena penasaran, suatu hari Sayyidina Umar diam-diam membuntuti Sayyidina Abu Bakar setelah salat fajar. Ternyata, Sayyidina Abu Bakar sengaja keluar dari Madinah untuk datang ke sebuah tenda kumuh di tengah padang pasir.

Setibanya di sana, Sayyidina Umar bersembuny­i di belakang sebuah batu besar. Tidak terlalu lama menunggu, Sayyidina Abu Bakar pun keluar dari tenda itu.

Selanjutny­a, setelah Sayyidina Abu Bakar keluar, Sayyidina Umar masuk ke tenda tersebut. Ternyata, di dalamnya ada seorang perempuan tua dan buta bersama seorang bayi kecil.

SayyidinaU­marbertany­a,’Siapaorang yang datang kepada kalian tadi?”

Perempuan itu menjawab, ’’Aku tidak tahu. Yang jelas, ia seorang muslim. Setiap pagi ia datang kemari.” ’’Apa yang ia perbuat,” tanya Sayyidina Umar. Perempuan itu berkata, ’’Ia menyapu rumah kami, mencampur adonan kami, memeras susu ternak kami, lalu pergi.”

Dari tulisan singkat ini, ada pelajaran yang berharga bahwa setiap individu hendaknya berusaha mendahuluk­an kemaslahat­an umum dan kedamaian masyarakat sehingga tercipta keadilan dan kedamaian.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia