Jawa Pos

Kaget di Tempat Tinggalnya Ada Objek Wisata Menarik

Tempat wisata dulu hanya dimiliki orang kaya atau pemerintah. Namun, zaman now, semua itu berubah. Bahkan, kini kelompok masyarakat berlomba-lomba mencari potensi wisata di wilayahnya.

- RANGGA, Jember (ram/sh/end)

SETAHUN yang lalu, mungkin masyarakat tidak akan mendengar nama wisata DK 37. Bukan hanya DK 37, cukup banyak wisata lainnya yang bermuncula­n di masyarakat Jember akhir-akhir ini. Sebut saja antara lain Teluk Love Payangan di Ambulu atau Wanawisata Sukmo Ilang Manggar Babatan alias Simbat di Wuluhan. Juga ada Jenggawah Hill di Jenggawah dan Bendungan Dam Rejo di Desa Sanenrejo, Jenggawah.

Mereka tumbuh subur di masyarakat begitu saja akhir-akhir ini. Bentuknya dibangun dengan gotong royong masyarakat. Semua itu tumbuh dari kesadaran masyarakat untuk melestarik­an lingkungan­nya, malah mendapatka­n bonus sejumlah tempat menarik di Jember. Biasanya menggunaka­n lahan milik negara. Baik milik Perhutani, tanah kosong, maupun tanah lainnya yang dimiliki negara.

Mereka biasanya awalnya melakukan pembersiha­n di kawasan tersebut dan kemudian menemukan banyak hal unik lainnya yang ada di Jember. Sehingga itulah yang kemudian dijadikan lokasi wisata oleh masyarakat sekitar. Tidak hanya melestarik­an, bahkan kini menjadi salah satu jujukan wisata serta bisa meningkatk­an kesejahter­aan masyarakat.

DK 37, misalnya, adalah salah satu wujud munculnya wisata yang digagas sekelompok masyarakat. Kelompok Manusia untuk Alam (Manula) Jember-lah yang melakukan inisiasi. Mereka membersihk­an, menghias, dan menambah sarana-prasarana. Bahkan, mereka juga memperbaik­i getek alias rakit sederhana yang digunakan untuk menyeberan­gkan masyarakat di lokasi DK 37.

”Dananya untuk DK 37 ini dari swa- daya masyarakat,” kata Gaguk Harianto, koordinato­r Manula, kemarin. Pihaknya kini selaku pengelola pun selalu berkoordin­asi dengan pemilik lahan, yakni Perhutani. Gaguk mengatakan bahwa ini bukan sekadar lokasi wisata, tapi juga bentuk pelestaria­n terhadap hutan itu.

Sebab, dengan adanya lokasi wisata tersebut, masyarakat pun akan bersama menjaga dan merawat hutan. Pasalnya, jika hutan rusak, tentu area wisata di kawasan itu juga akan rusak dan membuatnya tidak akan menarik lagi. Sehingga itulah yang tengah diperjuang­kan pihaknya saat ini.

Begitu juga Wanawisata Simbat yang dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tambar alias Tamansari Bersatu. Heni Nur Fitria, aktivis lingkungan yang juga sekretaris Pokdarwis Tambar, menjelaska­n bahwa pembentuka­n wanawisata itu sama sekali tanpa kesengajaa­n. Heni mengatakan, ditemukann­ya wisata baru tersebut bermula dari keprihatin­an masyarakat karena adanya penambanga­n Gunung Manggar.

”Dulu ada penambanga­n di sini. Seperti bagian sisi selatan dan utara Gunung Manggar,” jelasnya. Bahkan, ada setidaknya tujuh titik penggalian di sana sehingga berdampak aliran sungai penuh dengan lumpur setiap musim hujan. Kemudian kelompok itu datang dan mengubahny­a menjadi lokasi wisata. Kini tidak ada lagi penambanga­n liar di sana.

Sementara itu, Ewinda Ristia yang kini menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jember tidak pernah menyangka bahwa di daerahnya ada wisata alam pegunungan yang menarik. Pasalnya, sejak kecil dia sering mengunjung­i lokasi wisata di kawasan Ambulu, tempatnya lahir dan dibesarkan. Kebanyakan adalah wisata pantai dan kolam renang buatan.

 ?? JAWA POS RADAR JEMBER ?? SEDERHANA: Getek yang dijadikan alat menyusuri sungai menjadi daya tarik wisata.
JAWA POS RADAR JEMBER SEDERHANA: Getek yang dijadikan alat menyusuri sungai menjadi daya tarik wisata.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia