Jawa Pos

Pertama Ikut Race Langsung FM

Awalnya Lisa Dewi bukanlah penggemar olahraga. Namun, sejak menikah dengan pria asal Kanada, Jeff Wood, pada April 2016, perempuan yang berprofesi sebagai desainer interior itu menjadi runner. Tahun ini, dua race world marathon majors akan dia taklukkan.

-

SEMASA sekolah, Lisa sangat menghindar­i olahraga. Dia juga merasa tidak perlu berolahrag­a. Maklum, badannya tidak pernah gemuk. Dengan tinggi 162 cm, Lisa memiliki berat badan 47 kg. Dia hanya mengalami kenaikan berat badan saat hamil. Setelah itu, berat badannya kembali seperti sediakala.

Lisa mulai tertarik dengan lari ketika melihat sang suami yang rutin berlari. ’’Suamiku lari setiap hari. Karena sering lihat dia, kok jadi kepengin. Akhirnya coba juga,” kata perempuan asal Klungkung, Bali, itu.

Barulah dia merasa mendapat manfaat dari lari. Tujuan Lisa berlari bukan semata membentuk tubuh. ’’Lari itu enaknya lebih ke efek psikologis. Bikin ketagihan. Senangnya ya di situ,” ungkap perempuan 40 tahun tersebut.

Awal 2016 menjadi titik awal Lisa berolahrag­a. Tidak rutin. Hanya seminggu dua kali. Saat itu rumahnya masih di daerah Sanur. Dia berjalan di jogging track Pantai Sanur pada pagi hari. Melihat orang lain berlari, Lisa pun ikut mencoba. ’’Awalnya jalan. Nam

bah-nambah sedikit, akhirnya bisa lari nonstop sampai sekarang,” ujar ibu satu anak itu.

Dinilai sudah mumpuni berlari, pada Oktober 2016, Lisa ditawari suaminya mengikuti race maraton. Tidak tanggung-tanggung, langsung kategori full-marathon (42,195 km). Setelah itu, Lisa mulai mencari event

maraton yang bisa dia ikuti.

Awalnya dia menemukan event

maraton di Singapura pada Desember 2016. Merasa belum siap, Lisa mengurungk­an niat. Bagi dia, waktu dua bulan dirasa kurang dalam menempuh jarak 42,195 km. Kemudian, dipilihlah Cebu Marathon di Filipina. Cebu Marathon dipilih karena memiliki waktu yang pas dengan jadwalnya maupun sang suami. ’’Kebetulan aja sih di Cebu. Lagian

belum pernah ke sana,” kata anak keempat dari lima bersaudara itu.

Melepas virgin marathon di Filipina, perasaan Lisa campur aduk. Di satu sisi, dia sangat bangga dengan keberhasil­annya finis dalam waktu 4 jam 42 menit. Di sisi lain, dia harus mengalami kejadian kurang menyenangk­an saat berlari. ’’Saat lari di sana malah diklaksoni­n mobil karena nggak sabar jalannya diblok. Aduh, pengalaman pertama kok kayak gini,” ucap Lisa dengan gemas. Meski Cebu tidak begitu menarik bagi Lisa, pengalaman maraton di sana menjadi hal yang paling dia ingat. Lisa termasuk orang yang membatasi diri dalam mengikuti event lari. Bukan tanpa alasan. Dia sadar recovery tubuhnya cenderung lama. Setelah mengikuti Cebu Marathon, Lisa membutuhka­n waktu dua minggu untuk berlari lagi. Lisa hanya memasang target untuk mengikuti event tertentu saja. ’’Aku nggak mau over. Biasanya ikut event itu kan bikin kecanduan,” ungkapnya.

Setelah berhasil finis di Cebu, Lisa mulai melirik race world marathon majors. Dari enam race yang ada, Lisa mendaftar Tokyo Marathon 2018, yang pelaksanaa­nnya paling awal. Dia mendaftark­an diri mengikuti Tokyo Marathon 2018 bersama sang suami pada awal Agustus 2017. Lewat jalur undian. Sebulan kemudian diumumkan, namanya muncul. Sayang, suaminya tidak terpilih.

Lisa juga mendaftark­an diri di world marathon majors yang lain, yaitu Berlin Marathon 2018. Kali ini dia dan sang suami bisa berangkat bersama pada 16 September mendatang.

Dalam mempersiap­kan diri mengikuti Tokyo Marathon, Lisa termasuk orang yang disiplin. Perempuan kelahiran 22 Oktober 1978 itu mempunyai jadwal latihan sendiri. Dia melakukan tanpa bantuan pelatih. Latihan itu dia mulai Oktober 2017 lalu. Awal program latihan, Lisa menempuh 7–8 km. Mulai minggu ke-11, Lisa bisa menempuh jarak hingga 10–17 km. Rata-rata Lisa bisa menempuh jarak 13 km per hari. Bukan hanya itu, pada Senin dan Jumat, dia mengambil body pump class untuk membentuk otot. Latihan tersebut dilakukan selama satu jam. Pada Rabu, dia memilih beristirah­at.

’’Dulu waktu awal-awal capek banget. Sehari membutuhka­n waktu paling tidak dua jam latihan. Tapi sekarang sudah terbiasa,” ungkap Lisa.(gil/c17/tom)

 ?? GALIH COKRO/JAWA POS ??
GALIH COKRO/JAWA POS
 ??  ?? RUTIN: Lisa Dewi berlatih di sekitar rumahnya di kawasan Pecatu, Bali. Dia tengah bersiap mengikuti Tokyo Marathon, 25 Februari nanti.
RUTIN: Lisa Dewi berlatih di sekitar rumahnya di kawasan Pecatu, Bali. Dia tengah bersiap mengikuti Tokyo Marathon, 25 Februari nanti.
 ?? GALIH COKRO/JAWA POS ?? HASIL KERINGAT: Lisa Dewi menunjukka­n medali Cebu Marathon, Bali Marathon, Nusa Dua Culture Run, dan Coast Trail Run di rumahnya.
GALIH COKRO/JAWA POS HASIL KERINGAT: Lisa Dewi menunjukka­n medali Cebu Marathon, Bali Marathon, Nusa Dua Culture Run, dan Coast Trail Run di rumahnya.
 ?? LISA DEWI FOR JAWA POS ?? LEPAS VIRGIN: Lisa Dewi bersama suaminya, Jeff Wood, setelah finis full-marathon di Cebu Marathon, Filipina, 8 Januari 2017.
LISA DEWI FOR JAWA POS LEPAS VIRGIN: Lisa Dewi bersama suaminya, Jeff Wood, setelah finis full-marathon di Cebu Marathon, Filipina, 8 Januari 2017.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia