Kata Mutiara Dipasang di Rumah
Kaligrafi dan Lukisan Tiongkok Laris Jelang Imlek
SURABAYA –”Jia he wan shi xing,” ucap Fera Sentosa saat ditanya tentang apa yang dia inginkan untuk ditulis. Fera merupakan salah seorang pengunjung Lenmarc Mall. Dia meminta seniman kaligrafi Jean Mowen menuliskan idiom Mandarin yang berarti keluarga yang harmonis akan menjadikan segala sesuatu berhasil.
Antrean pengunjung mal terlihat bahkan sebelum Jean mempersiapkan peralatannya. Para pengunjung yang sudah belanja dalam jumlah tertentu akan mendapatkan kupon. Mereka boleh meminta dituliskan kalimat atau nama menggunakan kanji secara gratis.
Dibantu istri dan anaknya, Jean perlahan mempersiapkan peralatan kaligrafi. Deretan kuas, kertas, tinta, plus stempel sebagai tanda tangan sang seniman ditata di atas meja. ”Kuas yang besar terbuat dari bulu rubah, serigala, kambing, dan kuda. Yang ukuran sedang ini dari bulu kelinci. Kalau paling kecil dari bulu tikus,” terang pria 75 tahun tersebut.
Jean Mowen merupakan seniman kaligrafi yang menekuni bidangnya sejak SD. Pria kelahiran Jogja pada 1943 tersebut berkolaborasi dengan putra bungsunya, Ivan Tanio, 32. Mereka membuka stan kaligrafi dan lukisan Tiongkok. Stan tersebut terletak di dalam area pameran lukisan dan kaligrafi Tiongkok.
Dalam tradisi Tionghoa, untuk menyambut Tahun Baru Imlek, setiap rumah akan memasang sepasang kata mutiara (dui lian). Kata mutiara ditulis dalam lima hingga delapan huruf di atas kertas xuan zi berwarna merah.
Dui lian kemudian ditempel di kedua pintu masuk. ”Kalimat tersebut menjadi suatu pengharapan besar bagi keluarga. Seperti doa,” terangnya.
Selain membuat tulisan dui lian di kertas xuan zi, Jean menulis kaligrafi di kertas concorde berukuran A4. Jenis kertas tersebut biasa digunakan sebagai undangan. Sementara itu, kaligrafi yang ditulis menggunakan kertas concorde bisa dipajang di mana saja.
Para pengunjung yang susah menentukan ide tulisan boleh memilih beberapa kaligrafi bertulis ucapan selamat Imlek yang sudah disediakan Jean. Dia menulis kalimat mutiara seperti harta banyak masuk ke rumah, selamat Imlek, dan apa yang dipikirkan selalu tercapai.
Pria yang pernah menggelar pameran kaligrafi di Surabaya dan Jakarta itu mengombinasikan beberapa teknik dalam menulis. Teknik yang berbeda tentu membentuk tulisan yang beragam. Di antaranya tulisan yang berbentuk seperti stempel (zuan shu), tulisan huruf rumput (zao shu), tulisan balok biasa yang mudah dibaca (khay
shu), dan huruf yang ditulis secara cepat sehingga menampakkan kesan goresan (xing shu).
”Saya ingin membangkitkan semangat anak muda untuk belajar kanji. Dulu saya pernah mengajar kesenian di Yayasan Kaligrafi, tapi anak muda banyak yang tidak tertarik. Sayang sekali,” katanya.