Hari Ini Vaksinasi Difteri
Target Sasaran 376.056 Anak
GRESIK – Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik menarget 376.056 anak mengikuti vaksinasi difteri hari ini (12/2). Tujuannya mencegah mereka tertular wabah penyakit yang bisa berisiko kematian tersebut.
Pada Desember, dinkes menetapkan kejadian luar biasa (KLB) penyakit difteri. Seorang anak di Desa Suci, Kecamatan Manyar, dinyatakan positif menderita penyakit nyeri telan itu. Meski hanya ditemukan satu kasus, kejadiannya tergolong luar biasa.
”Besok (hari ini, Red) serentak se-kabupaten,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes dr Mukhibatul Khusnah kemarin (11/2).
Khusnah menyatakan, imunisasi dilakukan untuk memutus rantai persebaran penyakit. Sebab, difteri merupakan penyakit yang berpotensi mewabah. Selain itu, penyakit tersebut tergolong mematikan.
Penyakit tersebut menyerang bagian tenggorokan. Penderita akan mengalami nyeri telan. Jika tidak segera ditangani, penyakit itu bisa mengganggu jalan napas dan mengancam nyawa.
Di Jawa Timur, kata Khusnah, ada 16 kota/kabupaten yang juga melaksanakan imunisasi masal atau outbreak reaction immunization (ORI). Itu menindaklanjuti status KLB pada awal Desember 2017.
Seluruh puskesmas dikerahkan untuk melakukan vaksinasi. Beberapa rumah sakit juga dilibatkan. Sebab, pelaksanaan imunisasi difteri berbeda dengan polio. Difteri diberikan melalui suntikan. ”Tidak semua petugas kesehatan punya izin dan boleh melakukan,” jelasnya.
Mantan kepala Puskesmas Sukomulyo itu menyatakan, petugas puskesmas sudah disebar ke sekolah-sekolah. Sebab, target imunisasi mulai usia 1–19 tahun. Selain balita, siswa di tingkat TK sampai SMA menjadi sasarannya. ”Sudah dijadwalkan di masing-masing puskesmas,” katanya.
Menurut Khusnah, masyarakat tidak perlu heboh atau khawatir dengan status KLB. Yang penting, penanganan dilakukan segera. Dengan begitu, risiko terburuk bisa diminimalkan, bahkan dihindari.
Pada 2016, dinkes juga menetapkan status KLB untuk penyakit campak. Warga satu desa di Kecamatan Bungah terserang wabah. Namun, masalah tersebut bisa cepat diatasi. ”Yang penting langsung dilakukan ORI,” katanya.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Nur Farida menambahkan, pelacakan penyakit yang berpotensi mewabah sudah dilakukan. Petugas selalu siaga selama 1 x 24 jam.
Farida mengungkapkan, dinkes sejatinya sudah melakukan upaya pencegahan sejak dini. Yakni, melalui imunisasi dasar lengkap. Vaksin diberikan sejak anak berusia 0–9 bulan. ”Ada imunisasi lanjutan yang diberikan pada usia 18 bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan 5 tahun,” paparnya.
Imunisasi yang tidak tuntas menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit difteri. Orang tua kerap mengabaikannya. Sebab, banyak yang menganggap imunisasi dasar saja sudah cukup. Padahal, vaksin difteri diberikan lagi saat anak berusia 18 bulan. ”Kuncinya, imunisasi harus tuntas,” jelas alumnus Universitas Airlangga Surabaya itu.