Berencana Pamerkan Semua Karyanya di Ubud
Eksistensi Sugeng Prajitno di Dunia Lukis Sembur
Nama Sugeng Prajitno sudah cukup lama dikenal sebagai pelukis sembur. Meski usianya tidak lagi muda atau sudah 56 tahun, seniman berambut gondrong yang akrab dipanggil Cak Ugeng itu masih terus berkarya.
HASTI EDI SUDRAJAT
BELASAN lukisan menyambut saat berkunjung ke tempat tinggal Cak Ugeng di kawasan Perumahan Citra Garden. Lukisan-lukisan itu terpasang sejak di pintu masuk. Sejumlah peralatan lukis masih berserakan di salah satu sudut ruang tamu rumahnya. Dinding ruangan tersebut juga nyaris penuh dengan lukisan.
’’Itu contoh lukisan sembur,’’ kata Cak Ugeng sembari menunjuk sebuah lukisan. Gambar dalam lukisan itu tidak begitu jelas. Namun, guratan dan gradasi warna cat akrilik di atas kanvas tersebut tetap saja unik dan berkarakter.
Di hadapan Jawa Pos, Cak Ugeng juga langsung menunjukkan kelincahannya dalam membuat lukisan sembur. Awalnya, pria kelahiran 1962 tersebut menyalakan musik sebagai pengiring melukis. Musik instrumental karya Kitaro mengalun pelan. Tampaknya, lantunan nada musik yang menyayat hati itulah yang berusaha ditumpahkan di atas kanvas.
Bapak tiga anak tersebut lantas mengambil beberapa botol cat akrilik. Setiap botol berisi cat dengan beragam warna. Dia bergantian menumpahkan isi botol itu ke dalam mulut, lantas menyemburkannya ke kanvas. Pahit? Entahlah. Yang pasti, Cak Ugeng bergegas menyemburkan cat itu ke kanvas dari berbagai arah. Lembaran putih kanvas itu pun berubah menjadi warna-warni. ’’Inspirasi bisa datang dari mana saja, kali ini saya ingin menggambarkan kesedihan,’’ jelasnya.
Untuk menguatkan pesan tersebut, Cak Ugeng memilih warna yang cenderung gelap. Mulai hitam, ungu, hingga biru. Lukisan sembur itu pun jadi gambar yang artistik. ’’Musik bisa membantu pemilihan rasa dalam memilih warna,’’ tutur pria yang menyandang gelar insinyur pertanian tersebut.
Setelah menunjukkan cara melukis sembur, Cak Ugeng lantas bercerita tentang perkenalannya dengan seni. Ketika masih duduk di bangku SMP, dia terinspirasi salah satu program televisi pada medio 70-an yang mengupas cara menggambar dengan baik. ’’Dulu, gambarnya masih hitamputih. Gara-gara itu, jadi penasaran warna aslinya bagaimana. Jadi, di rumah praktik sendiri,’’ jelas alumnus SMPN 7 Surabaya itu.
Lukisan sembur karyanya pernah dihargai Rp 17,5 juta. Pembelinya adalah perempuan kewarganegaraan Belgia. Dia tertarik menebus harga jual lukisan setelah melihat aksi demo melukis sembur Cak Ugeng di salah satu hotel. Cak Ugeng ke depan berencana membuat pameran tunggal khusus lukisan sembur. Meski pernah tiga kali mengadakan lukisan tunggal, dia belum pernah memamerkan lukisan semburnya berbarengan.
’’Ini masih persiapan, prosesnya sudah 40 persen. Rencananya buat pameran di Ubud, Bali, pada Mei nanti,’’ ucapnya.