Jawa Pos

Keluarga Ingin Pertemukan dengan Anaknya

Ida Susilawati, Pulang setelah Dirawat Dua Bulan di Kalbar Hampir dua bulan Ida Susilawati, warga Setro, Kecamatan Tambaksari, diopname di Puskesmas Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, akibat stroke. Karena berbagai kendala, keluarga tidak bisa

- EDI SUSILO

WAJAH Ida Susilawati terlihat lelah saat ditemui di Ruang Bougenvill­e 342 Lantai 3 RSUD dr M. Soewandhie kemarin (12/2). Jarum infus tertancap di tangan kanan keriput perempuan 54 tahun itu. Dalam posisi tidur setengah duduk, Ida sesekali menggerakk­an kepalanya dengan lemah. Salah seorang petugas BPB linmas pemkot menemaniny­a. Mengenakan seragam hitam, Rheita sigap membantu Ida. ”Ada sedotan Suster? Bu Ida butuh minum,” tanyanya kepada perawat.

Pada pukul 10.30, keluarga Ida datang berombonga­n. Dua di antaranya adik kandungnya, Sukaesi dan Agung Juwito. Wajah Ida jadi cerah. ”Ayo Mbak. Ngko lak waras tak numpakno becak,” goda Sukaesi.

Meski belum bisa berkomunik­asi, keluarga dan sanak saudara yang menjenguk aktif mengajakny­a berinterak­si. Sekadar melepas kangen. Pertemuan dengan Ida tergolong peristiwa langka bagi mereka. Sudah 30 tahun Ida merantau. Dia hanya dua kali pulang ke Surabaya. ”Dua puluh tahun setelah merantau dan tahun lalu pas Lebaran,” cerita Sukaesi.

Ingin memperbaik­i ekonomi keluarga menjadi alasan Ida merantau. Bersama saudara jauh, Ida berjualan makanan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Beberapa tahun kemudian, Ida menikah dengan pria asal Sulawesi Selatan. Dari pernikahan itu, Ida memiliki dua anak, Dony Hermanto dan Susanti

Namun, pernikahan itu berujung perceraian. Kondisi tersebut membuat Ida down. Apalagi sang suami membawa kedua anak mereka dan tidak mengizinka­nnya untuk bertemu. ”Setelah bercerai, kakak bekerja di luar negeri. Di Brunei. Sebagai asisten rumahtangg­a ,” terang Agung J u w i t o, adik keempat Ida.

Sejak bekerja di luar negeri itulah, kata Agung, kakaknya semakin tertutup. Komunikasi dengan keluarga di Setro, Kecamatan Tambaksari, jarang. Ida sesekali saja menghubung­i beberapa adiknya. Meski jarang berkomunik­asi, sebagai kakak tertua, lanjut Agung, Ida sosok yang bertanggun­g jawab. Salah satunya membantu keuangan adiknya yang lagi kesusahan. Ida juga sempat merenovasi rumah adik keempatnya.

Setelah kepulangan kedua, keluarga belum berkomunik­asi lagi dengan sulung di antara lima bersaudara itu. Hingga pihak Puskesmas Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menelepon mereka awal Januari lalu untuk mengabarka­n bahwa sang kakak dirawat karena stroke. ”Tapi karena keterbatas­an biaya dan kondisi kami, ya akhirnya tidak ada yang bisa menjemputn­ya,” ujar Agung.

Ditanya kronologi kejadian yang menimpa kakaknya, Agung tidak mengetahui pasti. Dia hanya mendapat kabar bahwa sang kakak jatuh saat akan mengurus perpanjang­an paspor di Entikong. Selain Puskesmas Entikong, keluarga dihubungi majikan Ida di Brunei. Mereka menanyakan kondisi Ida. ”Dari bosnya kakak ini kami tahu sebenarnya kakak ke Entikong untuk memperpanj­ang paspor supaya bisa kembali ke Brunei. Namun, ternyata terkena musibah,” terang lelaki 43 tahun itu.

Sukaesi, adik kedua Ida, mengeluark­an dua lembar foto. Foto pertama bergambar lelaki dengan perempuan di pelaminan. Sementara itu, foto kedua memperliha­tkan perempuan muda berhijab dan mengenakan seragam olahraga sekolah. ”Mbak, ini Dony ya. Yang ini Susanti?” ujar Sukaesi menyebut nama-nama anak Ida. Ditanya begitu, Ida mengangguk.

Namun, Ida menjadi kesal saat keluarga menanyakan keberadaan keduanya. Di secarik kertas, keluarga menulis tiga tempat; Brunei, Pontianak, dan Sulawesi. Ditanya begitu, dia menjawab dengan mengerang, ”hemmmhhemm, hemhemm,” sambil geleng-geleng.

Keluarga berencana menghubung­i kedua anak Ida. Agar mereka tahu kondisi sang ibu. Siapa tahu, Ida juga lekas sembuh. Ida dijemput staf rehabilita­si sosial dinas sosial (dinsos) Anwar Arifin bersama tim. Mereka tiba di Surabaya pada Minggu malam (11/2). Anwar mengatakan, pemkot akan menangani perawatan Ida sampai sembuh. Pemkot telah membuat surat keterangan miskin (SKM) untuk Ida. Surat tersebut digunakan untuk jaminan perawatan kesehatan gratis di RS pemkot.

Ida dirawat hampir dua bulan di Puskesmas Entikong mulai 21 Desember lalu. Tidak ada keluarga yang peduli. Semua kebutuhann­ya ditanggung puskesmas. Kepala Dinsos Supomo mengatakan, penjemputa­n Ida tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemkot untuk membantu warga yang sedang mengalami kesulitan.

 ?? EDI SUSILO/JAWA POS ?? KENA STROKE: Ida Susilawati ditemani staf rehabilita­si sosial dinsos Anwar Arifin dan Agung Juwito (kanan) di RSUD dr M. Soewandhie kemarin.
EDI SUSILO/JAWA POS KENA STROKE: Ida Susilawati ditemani staf rehabilita­si sosial dinsos Anwar Arifin dan Agung Juwito (kanan) di RSUD dr M. Soewandhie kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia