Jawa Pos

Memori Imlek Masa Kecil

-

MENJELANG perayaan Imlek pada Jumat (16/2), Jenny mengingat momen di masa kecil. Mengenakan baju baru pada malam Imlek dan saat Imlek. Segala sesuatu di tubuh harus baru dan terkadang masih bau toko. Berbaris dengan sepupu-sepupu yang jumlahnya lebih dari 20 orang untuk menerima angpao. ”Lalu, lari ke kamar nenek untuk mengintip dan menghitung uang yang kami terima,” kenang sulung dari dua bersaudara tersebut.

Setelah itu, jalan-jalan ke mal untuk nonton barongsai atau belanja, tapi seringnya pulang dengan membawa uang yang masih banyak atau bahkan utuh. ”Karena terlalu sayang menghabisk­annya,” ucap Jenny, lantas tertawa.

Hampir lima tahun belakangan, Jenny memilih tinggal di Bali. Sejak itu, dia semakin jarang merayakan Imlek bersama keluarga. ”Tidak pernah lagi menerima angpao meski belum menikah, hahaha,” tuturnya. Namun, tradisi memberikan ucapan selamat satu sama lain dan ”bersilatur­ahmi” secara online

tetap dilakukan.

Jenny amat menikmati pilihannya tinggal di Bali. Dia ingin tinggal di Bali selama mungkin. Sebab, saat ini Bali adalah satusatuny­a tempat yang terdekat dengan definisiny­a tentang ”rumah”. Bali memberi rasa nyaman dan aman yang belakangan makin susah ditemukan di Jakarta. ”Plus, di Bali saya bisa mengenakan apa pun yang saya suka tanpa khawatir di-catcall atau di-’cina-cina’-in,” ujarnya.

Jenny saat ini mengerjaka­n skenario film drama romantis dan meracik cerita untuk sebuah web series. Di luar itu, dia menekuni penyembuha­n alami (natural healing),

mendalami spirituali­tas, belajar latin dance

(salsa dan bachata). ”Dan, menikmati hidup,” ucapnya riang.

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia