Disuntik Indian, Anak Acungkan Jempol
GRESIK – Siapa yang bilang disuntik itu sakit dan menakutkan? Anak-anak peserta imunisasi difteri di Kecamatan Balongpanggang malah cengengesan kemarin (13/2). Mereka tidak takut. Malah mengacungkan jempol.
Situasi menyenangkan itu tercipta berkat kreativitas petugas Puskesmas Dapet, Balongpanggang. Mereka berdandan unik agar anakanak yang hendak diimunisasi lebih santai.
Ahmad Ihsan salah satunya. Perawat yang juga petugas imunisasi difteri itu mengenakan topi ala suku Indian untuk menarik perhatian siswa. Ketika jarum menusuk kulit lengan, mereka tidak mengeluh sakit. Mereka tersenyum.
Di Puskesmas Wringinanom, petugas berkeliling membawa poster bertulisan, ”Cegah Difteri dengan ORI”. Mereka memakai topi koboi. Kepala Puskesmas Wringinanom dr Sukadi menyatakan, para petugas sudah berkeliling ke sejumlah sekolah. Kostum koboi dipilih agar siswa merasa tidak sedang berhadapan dengan petugas kesehatan. ”Jadi, mereka tidak takut,” ujarnya.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Nur Farida mengakui ada sedikit kendala dalam pelaksanaan imunisasi. Karena itu, dinkes minta setiap puskesmas aktif kampanye. ”Ada sejumlah siswa yang takut dan tidak mau disuntik,” ungkapnya. Meski demikian, sebagian besar siswa tergolong berani. Namun, ada pula yang benar-benar takut melihat jarum suntik.
Cara-cara kreatif dilakukan untuk menarik perhatian siswa. Tujuannya, capaian target imunisasi maksimal sesuai jumlah sasaran. ”Semuanya harus terimunisasi,” ucapnya.
Kepala Dinkes Gresik dr Nurul Dholam menjelaskan, cakupan imunisasi berkaitan dengan kekebalan komunal. Cakupan 95 persen saja bisa memutus rantai penularan. Apalagi kalau bisa sampai 100 persen. ”Penyakit difteri sangat menular. Harus dicegah melalui imunisasi,” tegas alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu.