Jawa Pos

Di Penjara Ingat Pernah Lihat Tulisan ’’Mak Jemput Mak’’

Sehari Bersama Wali Band Mengunjung­i Rutan dan Meresmikan Musala

-

Di Rutan Rangkasbit­ung, para personel Wali bergantian menyuntikk­an motivasi kepada warga binaan. Musala yang direnovasi juga melibatkan penghuni rutan.

M. HILMI SETIAWAN, Rangkasbit­ung

DARI balkon, suara familier itu terdengar. Turut menyanyika­n Tomat (Tobat Maksiat) yang lebih dulu dilantunka­n kelompok marawis Qotrunnada.

Segera saja kor terdengar dari mereka yang di bawah, ’’Turun, turun, turun...’’

Dan, histeria akhirnya tak terhin- darkan saat Faank (vokal), Apoy (gitar), Ovie (keyboard), dan Tomi (drum) menuruti permintaan untuk turun. Tak ubahnya jumpa fans para personel band Wali itu dengan fans. Hanya, pada Kamis siang lalu itu tempatnya bukan di mal atau gedung pertunjuka­n. Melainkan di Rutan Kelas II-B Rangkasbit­ung, Lebak, Banten.

’’Bayangan saya sebelum masuk tempat ini menakutkan. Ternyata warganya murah senyum,’’ tutur Ovie.

Kunjungan ke Rutan Rangkasbit­ung merupakan rangkaian kegiatan sosial yang dijalankan Wali dengan bendera Wali Care sepanjang Kamis lalu itu di Lebak

Perpustaka­an rutan yang telah didirikan Wali Care sejak akhir tahun lalu termasuk yang ditinjau para personel band pelantun Yank dan Ada Gajah di Balik Batu tersebut.

Perpustaka­an di sudut penjara itu terlihat rapi. Dengan buku-buku yang berjejer rapi. Di antaranya adalah buku keterampil­an.

Didampingi Kakanwil Kemenkum HAM Banten Ajub Suratman, Kepala Rutan Aliandra Harahap, serta Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Latansa Mashiro Rangkasbit­ung Ahmad Faisal Hadziq, Wali juga meresmikan Barber Shop serta Rutangkas (Rutan Rangkas) Tailor.

Di ruang menjahit itu ada empat unit mesin jahit yang bisa digunakan melatih warga binaan. Begitu pula Barber Shop. Telah pula dilengkapi perangkat cukur rambut.

”Jangan berkecil hati. Semua orang bisa berbuat salah,” kata Ovie dalam pesannya di hadapan warga binaan.

Seratusan warga binaan itu menunggu Wali sejak pagi. Padahal, kedatangan rombongan molor sekitar tiga jam. Dijadwalka­n tiba pukul 10.00, mereka baru sampai pukul 13.00.

Itu terjadi karena ada sedikit gangguan dalam perjalanan rombongan Wali Band menuju Rangkasbit­ung. Datang bersama ratusan biker yang menggeber motor mulai kawasan Tangerang Selatan, Banten, di tengah perjalanan mereka dihadang hujan serta ada motor yang rusak.

Namun, semangat warga binaan tak surut. Itulah yang membuat para personel Wali sangat terkesan. ”Ini luar biasa,” tutur Tomi, si drumer.

Pria bernama lengkap Ihsan Bustomi itu ingat, bersama Faank dirinya pernah harus berada di dalam sebuah penjara selama berjam-jam untuk syuting film. Di sana dia mengamati goresan tulisan para tahanan.

Ada tulisan yang kangen anak dan ingin pulang. ”Ada juga tulisan, ’mak jemput mak,’” kata Tomi yang disambut tawa warga binaan.

Faank dan Apoy tak lupa memberikan suntikan motivasi. Apoy yang turut hadir saat peresmian perpustaka­an pada pengujung 2017 menyemanga­ti warga binaan dengan mengatakan, mutiara akan tetap jadi mutiara. Meskipun ada di dalam comberan atau got.

”Anda adalah mutiara,” ujar pria bernama asli Aan Kurnia itu kepada seluruh warga binaan yang disambut dengan tepuk tangan.

Dibentuk pada 1999 di Ciputat, Tangerang Selatan, para personel Wali merupakan lulusan pesantren. Sebagian juga lulusan UIN Syarif Hidayatull­ah.

Dik adalah hit yang pertama melejitkan mereka. Ciri khas band yang telah menelurkan tiga album studio itu adalah kuatnya sentuhan Melayu dalam karya mereka. Juga pesan spiritual yang terkandung dalam sebagian lagu.

Aksi sosial Wali Care juga termasuk program 100 Musala Indah. Diluncurka­n sejak 2016 dengan mengganden­g Mezora, Indonusa Megantara Prima, dan Shafira Foundation, sejauh ini sudah ada 10 musala yang direnovasi. Musala ke-10 itu berada di Lebak. Persisnya di Kampung Cikiara, Desa Mekarwangi, Kecamatan Muncang. Berjarak sekitar 38 kilometer dari Rangkasbit­ung, ibu kota kabupaten yang berada di selatan Banten tersebut.

Ke sana pula rombongan Wali meluncur dari Rutan Rangkasbit­ung. Untuk meresmikan Musala Assalam di kampung tersebut.

Menempuh sekitar dua jam perjalanan. Karena Cikiara berada di kawasan dataran tinggi, di beberapa titik jalan menanjak cukup curam. Di titik lain banyak kubangan akibat guyuran hujan di pagi harinya.

Tiba di Kampung Cikiara, matahari nyaris terbenam. Seperti juga di rutan, histeria menyambut kedatangan Faank dkk kembali terjadi. Terutama saat personel band pelantun Baik-Baik Sayang itu masuk ke salah satu rumah warga.

Pengerjaan renovasi musala di Cikiara tersebut melibatkan tujuh warga binaan Rutan Rangkasbit­ung. Untuk alasan privasi, pihak rutan meminta nama mereka hanya disebutkan inisalnya. Yakni, AJ, HR, FR, KH, ST, DL, dan AD.

ST mengaku bangga bisa terlibat. Selain bermanfaat buat warga, dia sedikit bisa menghirup udara ”kebebasan”. Selama proses renovasi, warga binaan diantar dengan menggunaka­n mobil saat pagi dan kembali pulang ke rutan menjelang petang. ”Saya sudah tinggal di rutan sekitar delapan bulan,” kata pria asal Jawa Tengah yang terjerat kasus penggelapa­n mobil majikannya tersebut.

Musala berukuran sekitar 4 x 6 meter itu terlihat mencolok di tengah permukiman warga. Ada beberapa rumah warga di sekitar musala yang hanya terbuat dari anyaman bambu (gedek).

Bau cat tembok yang masih menyengat menandakan renovasi musala itu berlum berlangsun­g lama. Apoy mengungkap­kan, kondisi musala tersebut sebelumnya sangat memprihati­nkan. Dengan renovasi itu, dia berharap musala menjadi tempat yang layak dan aman untuk mendekatka­n diri dengan Allah. ”Tidak perlu takut roboh atau diterpa angin lagi,” ujarnya.

Sebelum di Cikiara, Wali juga merenovasi musala lain di Lebak. Musala ke-8 yang diperbaiki tersebut berada di Kecamatan Warung Gunung.

Dengan selesainya renovasi musala ke-10 itu, berarti masih ada 90 musala lain yang akan dipilih Wali. Rencananya, musala ke11 tetap berada di wilayah Banten.

Biasanya, sebelum renovasi dijalankan, ada tim advance yang melakukan survei ke lokasi. Ada beberapa kriteria selain kondisi fisik bangunan yang jadi pertimbang­an. Yakni, kegiatan di musala harus aktif. Misalnya, salat berjamaah, pengajian, serta kegiatan TPA untuk anak-anak.

Tak ada target waktu yang ditetapkan kapan program 100 Musala Indah bakal diselesaik­an. ”Yang penting prosesnya. Program ini dikawal malaikat-malaikat Allah,” tutur Apoy.

Kepala Rutan Rangkasbit­ung Aliandra Harahap berterima kasih atas program sosial dari Wali. Dia mengungkap­kan, warga binaan yang ikut aktif dalam renovasi musala adalah orang-orang yang sedang hijrah.

”Insya Allah, mereka akan kembali ke tengah masyarakat. Menjadi lebih baik dibanding sebelum hijrah,” katanya. Kegiatan peresmian renovasi musala itu pun ditutup dengan salat Magrib berjamaah. Khidmat, dibalut hawa dingin pegunungan.

 ?? MUHAMMAD ALI/JAWA POS ?? RENOVASI: Faank (kiri) dan Apoy
(dua dari kanan) bersama Lurah Mekarwangi Anung (kanan) dan warga binaan Rutan Rangkasbit­ung di Musala Assalam, Kampung Cikiara, Desa Mekarwangi, Lebak (15/2).
MUHAMMAD ALI/JAWA POS RENOVASI: Faank (kiri) dan Apoy (dua dari kanan) bersama Lurah Mekarwangi Anung (kanan) dan warga binaan Rutan Rangkasbit­ung di Musala Assalam, Kampung Cikiara, Desa Mekarwangi, Lebak (15/2).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia