Jawa Pos

Narkoba dan Artis di Titik Stadium IV

- Oleh MOAMMAR EMKA

INI bukan kejadian di film atau sinetron! Untuk kali kesekian, beberapa selebritas (baca: artis) tersandung narkoba.

Ini menarik mengingat kejadianny­a selalu berulang

Tidak hanya satu, dua, atau tiga, tetapi lebih dari itu. Dan hampir setiap satu atau dua bulan, selalu muncul kasus serupa.

Sebenarnya bagaimana kaitan antara narkoba dan gaya hidup di kalangan selebritas? Tentu, pertanyaan ini tidak hanya berlaku untuk selebritas. Sebab, faktanya, narkoba juga menjadi gaya hidup sebagian ”orang biasa”. Mulai pekerja kantoran, pegawai pemerintah­an, pengusaha, sampai pejabat.

Narkoba, Artis, dan Gaya Hidup Dalam wawancara di beberapa televisi swasta, saya mengatakan bahwa godaan narkoba lebih kejam dari setan. Pada saat yang sama, saya juga mengatakan narkoba, artis, dan gaya hidup sudah sampai di titik kritis. Skalanya mencapai ”stadium IV”.

Karena itulah, jerat narkoba seperti tak habis-habisnya memakan korban dari waktu ke waktu, termasuk kalangan selebritas. Tidak saja menjadi pengguna uji coba, pengguna situasiona­l, pengguna aktif, pengguna akut, atau bahkan sampai perantara dan penjual.

Menurut catatan dan pengamatan saya, ada beberapa faktor yang membuat sebagian artis menjadikan narkoba sebagai bagian dari gaya hidup. Pertama, status. Figur yang populer, punya banyak uang, adalah akses besar untuk mendapatka­n, membeli, dan mengonsums­i narkoba. Bahkan, dalam beberapa kasus tertentu, tak hanya menjadi pengguna, tapi sekaligus perantara dan penjual ke sesama artis.

Yang kedua adalah pergaulan dan lingkungan. Bukan lagi rahasia, sebagian artis dekat dengan dunia party, clubbing, dan sejenisnya. Party dan clubbing adalah bagian dari ajang bersosiali­sasi. Juga refreshing karena beban dan tuntutan pekerjaan yang berat. Ada yang memilih party/clubbing yang sehat, ada juga yang sebaliknya: tidak sehat.

Pilihan kedua itulah yang bia- sanya melibatkan narkoba di dalamnya. Tidak hanya terjadi di public party/clubbing saja. Tapi juga berlanjut ke private party/clubbing.

Tercatat, dari sejumlah penangkapa­n kasus narkoba belakangan, beberapa di antaranya dilakukan di rumah atau apartemen. Misalnya, yang terjadi pada kasus Tio Pakusadewo, Jennifer Dunn, Fachri Albar, Roro Fitria, dan keluarga Elvy Sukaesih.

Faktor ketiga adalah sensasi dan orientasi. Jelas, ini lebih kepada cara pandang yang salah. Ada sejumlah artis yang tertangkap yang menggangga­p narkoba sebagai jalan keluar.

Sensasi stimulan dan memberikan rasa nyaman (fly) diyakini sebagai alat bantu untuk bergaul dan bekerja supaya lebih bersemanga­t serta percaya diri. Ada juga yang menggunaka­n narkoba sebagai jalan untuk menjaga kebugaran dan langsing tanpa diet atau olahraga teratur. Akibatnya, mereka terjebak dalam orientasi yang salah dan berujung menjadi pengguna aktif, bahkan akut.

Dari Pengguna ke Pengedar Berdasar data Badan Narkotika Nasional (BNN), sekitar 5 juta di antara 250 juta penduduk kita terjerat narkoba. Kerugian material akibat kejahatan narkoba tersebut juga sangat besar, yakni mencapai Rp 63,1 triliun.

Mengapa artis menjadi pengguna? Sebab, sebagai figur publik, akses mereka untuk mendapatka­n narkoba terbuka lebar. Modus awalnya, artis memperoleh narkoba secara gratis.

Bisa dari teman sesama artis yang berstatus pengguna aktif. Bisa juga langsung melalui pengedar, perantara, atau bandar. Itulah tahap awal seorang artis menjadi pengguna uji coba, lalu berlanjut ke pengguna rekreasion­al.

Yang tadinya bisa mendapatka­n narkoba secara gratis, karena mulai ketergantu­ngan, berujung pada membeli sendiri. Beberapa media nasional pernah melaporkan bagaimana seorang artis nekat membeli narkoba melalui jasa transporta­si online dan akhirnya tertangkap tangan.

Bukan lagi rahasia, narkoba termasuk barang mahal. Bayangkan, berapa banyak uang yang harus dikeluarka­n seorang artis kalau sampai terjerat narkoba dengan status pengguna aktif. Sementara itu, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan gaya hidup yang lain juga tetap harus jalan berimbang. Mulai properti, fashion, perawatan, social-life, dan seterusnya.

Pada tahapan inilah, seorang artis yang tadinya pengguna aktif biasanya tergoda menjadi pengedar atau penjual. Selain tetap bisa mengonsums­i, mereka sekaligus bisa mengambil keuntungan yang cukup besar dengan mengedarka­n dan menjual narkoba. Setidaknya untuk kalangan atau komunitas sendiri.

Jalan Keluar Dalam wawancara saya di salah satu televisi swasta dengan Ivanka, personel Slank, yang punya sejarah kelam dengan narkoba, dia mengungkap­kan, pengguna narkoba ibarat ikan yang kena mata pancing. Untuk lepas, tidak bisa menolong dirinya sendiri. Maka, butuh bantuan orang lain, terutama keluarga, supaya bisa bebas dari jeratan narkoba.

Menjalani rehabilita­si dengan benar dan sungguh-sungguh merupakan pilihan mutlak. Bukan semata-mata ”ingin terbebas dari jeruji penjara”. Tapi karena keinginan dan kemauan untuk sembuh dengan mengikuti prosedur serta aturan yang diterapkan.

Jika setelah rehabilita­si masih menjadi pengguna aktif dan tertangkap kembali, selain mendapatka­n ganjaran hukuman yang setimpal, jalan keluar yang pantas, menurut saya, adalah sanksi sosial. Bentuknya bisa sangat beragam.

Misalnya, di-black list atau dicekal di dunia selebritas/keartisan atau melakukan kerja sosial. Hal yang sama juga berlaku untuk pekerja kantoran, politisi, pejabat pemerintah, dan seterusnya.

 ?? Sumber: Polda Metro Jaya SALMAN TOYIBI / JAWA POS ?? 31 2017 DESEMBER JENNIFER DUNN digulung polisi di kediaman orang tuanya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Sumber: Polda Metro Jaya SALMAN TOYIBI / JAWA POS 31 2017 DESEMBER JENNIFER DUNN digulung polisi di kediaman orang tuanya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia