Semester VI Memutuskan Keluar dari Kuliah
Mukhammad Faris Hazim, Pelukis dan Penulis Muda
Pada usia yang belum genap 25 tahun, Mukhammad Faris Hazim terbilang anak muda yang produktif. Sudah ada 100 sketsa, 50 lukisan, dan 4 buku yang dihasilkan. Melalui media itu, dia bertekad menyebarkan spirit positif.
FIRMA ZUHDI AL FAUZI
FARIS mengunjungi studio pameran lukisan milik kakaknya, S. Wandhie, di Jalan Raya Ketegan, Tanggulangin, Selasa lalu (13/2). Lokasi itu tidak jauh dari rumahnya. Hanya berjarak 500 meter. Di tempat tersebut, tiga lukisan karya Faris disimpan. Dia lalu menunjukkan satu per satu lukisannya sekaligus menceritakan makna di balik karya tersebut.
Lukisan berjudul Pasrah misalnya. Dalam lukisan berukuran 150 x 150 sentimeter itu tampak seseorang tidur di tepi pantai dekat dengan perahunya. Faris mengatakan, dirinya ingin menyampaikan pesan tentang perjalanan hidup. ”Air lautnya saya buat warna-warni karena perjalanan kehidupan itu berwarna,” kata pemuda kelahiran Sidoarjo, 2 Mei 1993, tersebut.
Total sekitar 50 lukisan sudah dibuat. Sebagian besar beraliran ekspresif dan surealis. ”Karena menurut saya, itu bisa mengekspresikan pikiran dan diri saya,” katanya. Bukan hanya lukisan, Faris juga membuat 101 Alasan untuk Bahagia diterbitkan pada 2016 oleh Buana Ilmu Populer Gramedia. ”Buku itu tentang self improvement,” ungkapnya.
Lalu, buku keduanya berupa novel. Judulnya Introver yang terbit pada awal 2017. Isinya berkisah tentang gejolak kehidupan. Beberapa ceritanya diambil dari pengalaman pribadi. Buku ketiganya nyambung dengan hobinya sebagai pelukis. Yakni, buku mewarnai untuk dewasa yang terbit pada 2017 dengan judul Warna Surga. ”Isinya sketsasketsa lebih rumit karena kan untuk dewasa,” ujarnya.
Buku keempatnya berjudul 50 Quotes Kepemimpinan terbitan Metagraf Tiga Serangkai. ”Yang kelima masih proses berupa novel. Buku kelima ini sedikit beda dengan yang lain,” ungkap Faris. Dia akan me- masukkan sketsa-sketsa sebagai penunjang cerita.
Faris mengatakan, dirinya baru aktif menulis dan melukis setelah lulus SMK pada 2011. ”Saya kuliah di Surabaya. Namun, saat semester VI, saya memutuskan berhenti kuliah. Ingin fokus menulis dan melukis. Sebab, saya merasa passion ada di situ,” katanya.
Namun, sejak kecil Faris sejatinya akrab dengan lukisan. Kakaknya, S. Wandhie, adalah seorang pelukis. Karena itu, Faris belajar dari lukisan-lukisan kakaknya. ”Di keluarga hanya kakak yang pelukis,” ujarnya.
Faris tidak ingin setengahsetengah dalam berkarya. Dia pun menyiapkan lukisanlukisannya untuk ditampilkan dalam pameran duet dengan rekannya, Saiful Rohman, di Gedung Juang 45 Sidoarjo pada Mei mendatang. ”Pameran berdua saja,” ucapnya.