Anteng Gibran saat Tedhak Siten
Merayakan 245 Hari Kelahiran si Adik
SURABAYA – Pepatah Jawa ’’Ibu pertiwi bopo angkoso’’ memiliki arti yang mendalam dalam upacara tedhak siten. Ritual yang diperuntukkan anak usia 7 bulan itu juga dikenal dengan adat turun tanah. Ardana Gibran Raffasya melakukan prosesi tersebut kemarin (17/2).
Putra tunggal Adwina Nurlita Kusumawardhani dan Putra Kurnia Nugraha tersebut merayakan 245 hari kelahiran. Untuk memperingati sekaligus mendoakan fase pembelajaran berjalan Gibran dimulai, acara tedhak siten pun digelar. ’’Adek lahirnya 30 Mei 2017. Karena kami masih pegang tradisi Jawa, ya wajib tedhak siten,’’ kata Nurlita.
Dalam prosesi tersebut, setiap tahapannya memiliki makna dan filosofi. Perlambang Jawa juga disematkan dalam tiap langkah Gibran. Tujuannya, mengenal alam sekitar setelah usia beranjak. Ibu termasuk dalam arti bumi, sedangkan ayah tak lain adalah langit.
’’Semoga dia bisa menjadi anak yang berbakti, bermanfaat buat bumi yang dia pijak, dan menghargai keagungan Allah di atas langit sana,’’ tutur Nurlita.
Setidaknya ada tujuh tahap proses tedhak siten. Angka tujuh berarti banyaknya pertolongan dalam falsafah Jawa.
Pertama-tama, Gibran diturunkan dari gendongan sang ibu dan diinjakkan ke jadah berwarna-warni yang artinya siap menghadapi liku-liku kehidupan. Selanjutnya, Gibran menaiki tangga tebu dan mencakar pasir yang diberi uang. ’’Harapannya, Gibran bisa mencari rezeki dan punya hati dingin,’’ imbuh sang ayah. Bocah itu melalui semua prosesi dengan anteng dan tidak rewel. Termasuk saat masuk dalam kurungan ayam yang dihias.