Stamina-Kenyamanan Jadi Alasan
Agar percaya diri, tidak jenuh, merasa kuat dan tegar jadi faktor banyak artis tersandung narkoba. BNN mengusulkan treatment khusus untuk mereka. ROGER Danuarta tak ingat persis sudah berapa kali dimintai bantuan teman yang ingin bebas dari jerat narkoba. Sebab, aktor yang populer lewat sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta itu dianggap berhasil melepaskan diri dari barang haram tersebut
”Ibaratnya, saya sodorin kaca pembesar untuk menariknya ke luar,” ujar Roger kepada Jawa Pos.
Roger tersandung kasus narkoba pada 2014. Pria kelahiran 20 Mei 1982 tersebut harus menjalani rehabilitasi selama 7 bulan hingga Februari 2015.
Tentu masa-masa yang tak mudah. Tapi, Roger bukan satusatunya figur dengan latar belakang dunia hiburan yang mengalami itu.
Termasuk Dhawiya Zaida, putri pedangdut Elvy Sukaesih yang dicokok pada Jumat malam lalu (16/2), ada 16 selebritas yang berurusan dengan polisi karena narkoba sejak 2017. Sementara itu, secara keseluruhan, Polda Metro Jaya mencatat ada kenaikan kasus narkoba pada 2016–2017. Pada 2016, ada 5.563 kasus, sedangkan pada 2017 ada 6.096 perkara.
Tentu saja jumlah pelaku narkoba dari nonartis lebih besar. Tapi, besarnya eksposur yang bisa mengancam karir dan sumber pendapatan utama seharusnya membuat para pesohor mengambil pelajaran dari rekan-rekan mereka yang terjerembap.
Namun, yang terjadi tidak demikian. Tahun ini baru seumur jagung, sudah empat artis ditangkap. Penangkapan tiga yang terakhir, Fachri Albar, Roro Fitria, dan Dhawiya, bahkan hanya berselang hari.
Pertanyaannya tentu, mengapa para selebritas rentan terhadap penyalahgunaan narkoba? Tekanan pekerjaan? Atau pengaruh lingkungan?
Menurut Roger tidak bisa dipukul rata. Yang pasti, kurangnya pemahaman terhadap bahaya narkoba menjadi salah satu faktor pemicu.
Namun, berdasar catatan Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Argo Yuwono, kebanyakan artis yang tersandung narkoba biasanya menyebutkan alasan stamina. ”Namun, bagaimanapun, itu tidak dibenarkan. Ada juga yang beralasan untuk kenyamanan,” tuturnya.
Sementara itu, kriminolog Prof Bambang Widodo Umar melihat, fenomena banyaknya artis yang terjerat narkoba cenderung dipicu masalah psikologis. Yakni, supaya percaya diri, menghilangkan kejenuhan, serta merasa kuat dan tegar.
Yang lebih berbahaya tentu jika artis yang terjerat narkoba sudah berubah status. Dari pemakai menjadi pengedar.
Indikasi itu sempat ditanyakan kepada polisi dalam kasus Dhawiya. Sebab, saat penggerebekan, polisi menyita timbangan dan puluhan plastik klip berukuran sekitar 5 x 3 cm.
Tapi, Kasubdit I Ditresnarkoba AKBP Jean Calvijn Simanjutak menyatakan, pihaknya belum mengarah ke sana. ”Yang penting, kami fokus dulu mengejar siapa yang memasok mereka ini. Sabar, biar penyidik bekerja dulu.”
Kepala Bagian Humas BNN Kombes Sulistiandriatmoko menyebutkan, masih banyak artis yang punya anggapan hukum yang keliru mengenai narkoba. Kalaupun tertangkap, hanya direhabilitasi. Kalaupun dibui, tidak terlalu lama.
Anggapan itu jelas keliru. Pria yang akrab dipanggil Sulis itu menjelaskan, bisa saja hukuman lebih dari anggapan mereka.
Sulis juga menganggap, opsi rehabilitasi kurang cocok diterapkan terhadap kalangan selebritas. Perlu ada treatment khusus. ”Treatment itu dapat berupa kerja sosial atau sanksi sosial lainnya,” terangnya
Di samping itu, upaya pencegahan dan penindakan tidak boleh kendur. Sebab, kata Sulis, jaringan bandar dan pengedar narkotika sudah masuk ke berbagai lapisan komunitas artis.