Modifikasi Jajanan Lemper
Lella Winety, Sushi Jowo
Kreasi Lella Winety telah menelurkan sushi bercita rasa Jawa. Tidak menggunakan nasi, melainkan ketan. Isinya pun daging yang telah matang.
USAHA Sushi Jowo sebenarnya dirintis sejak 2013. Bermula dari tugas mata kuliah kewirausahaan untuk membuat proposal sebuah usaha, Lella menyodorkan usaha sushi. Namun, saat itu dia belum menggarapnya secara maksimal. Dia disibukkan oleh tugas akhir kuliah.
’’Saya terlintas ide seadanya, yaitu membuat sushi Jowo. Pada dasarnya saya adalah penggemar lemper. Sushi bisa dikatakan sangat mirip dengan lemper,’’ tutur perempuan lulusan Perbanas itu.
Lella bertekad membuat lemper yang mirip sushi, tetapi cocok dengan lidah orang Surabaya. Juga bercita rasa masakan Jawa.
Dosen Lella ternyata sangat tertarik dengan proposal usaha sushi Jowo tersebut. Proposal itu lantas diajukan ke bank oleh sang dosen. Gayung bersambut, proposal Lella disetujui pihak bank. Dia memperoleh beasiswa Rp 10 juta.
’’Kalau sudah dapat beasiswa gitu, artinya harus benar-benar direalisasikan. Sejak itulah saya kembangkan Sushi Jowo. Padahal, sejujurnya, ide saya waktu itu murni asal-asalan dan saya belum pernah membuat makanannya,’’ kenang Lella.
Sushi Jowo benar-benar diproduksi sendiri di rumahnya. Lella hanya dibantu orang tuanya. ’’Dulu saat kuliah pernah juga ada rombong Sushi Jowo di Perbanas dan lumayan ramai. Untuk jualan, tetap dibantu ayah dan ibu,’’ ujarnya.
Setelah lulus kuliah pada 2014, Lella tidak melanjutkan lagi usaha di rombong tersebut. Dia kewalahan mengatur waktu. Sebab, pada saat itu Lella sempat bekerja di perusahaan beton, menjadi konsultan pajak, sampai menjadi karyawan di perusahaan start-up.
Baru pada 2015 dia memutuskan untuk meninggalkan kerja kantoran. Dia memilih kembali berfokus mengembangkan Sushi Jowo. ’’Saya resign pada tahun itu setelah melahirkan. Saya kerja di rumah saja biar bisa dekat dengan anak juga,’’ ungkap ibu satu anak itu.
Lella menuturkan, selain penggemar lemper, ada alasan lain dirinya membuat sushi bercita rasa Jawa tersebut. Dia melihat makanan khas Jepang tersebut kurang bisa direspons dengan baik oleh masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya, lantaran bahan-bahan mentah di dalamnya seperti ikan dan daging.
’’Karena itu, kami berpikir membuat sushi yang sudah matang dan isinya disesuaikan dengan lidah orang Jawa,’’ jelasnya.
Seluruh varian Sushi Jowo berisi daging ayam yang sudah matang dan wortel. Yang membedakan adalah topping-nya. Ada keju, crab,
sosis, bahkan cabai. Untuk pembungkusnya, Lella tidak menggunakan daun pisang layaknya lemper. Tetapi, dia menggunakan nori atau olahan rumput laut yang berbentuk lembaran.
Sushi Jowo saat ini dipasarkan dengan mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Juga memanfaatkan jaringan online seperti Instagram, Facebook, serta layanan Go-Food dan Grabfood.
Lella juga sering mengikuti pameran makanan serta bazar-bazar di kampus-kampus.
’’Sebagian besar pembeli kami (memesan, Red) lewat Go-Food.
Mereka dari wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik,’’ ungkapnya.
Dalam sebulan, bisa terjual 250–500 pak Sushi Jowo. Harganya bervariasi. Mulai Rp 20 ribu sampai Rp 60 ribu. Selain sushi, varian lain yang dijual Lella adalah siomay dan olahanolahan dari keju mozarella.
Hingga saat ini, Lella masih berjualan di rumahnya di kawasan Surabaya Barat. Ke depan, dia ingin membuat toko sendiri. Lella masih mencari tempat yang cocok dan melakukan evaluasi pasar.