Serangan Tomcat di Flat Gunung Anyar
SURABAYA – Penghuni Flat Gunung Anyar di Kelurahan Gunung Anyar Tambak dihebohkan dengan kehadiran ribuan tomcat. Serangga dengan belang merah dan hitam itu terlihat di hampir seluruh bangunan.
Keberadaan hewan yang juga disebut sebagai semut semai itu sebetulnya bukan hal baru di Flat Gunung Anyar. Namun, dalam dua hari terakhir, jumlahnya membeludak. Banyak warga yang mengalami iritasi kulit. Mulai di leher, pipi, tangan, punggung, hingga bagian vital. Luka tersebut melepuh seperti luka bakar
”Rasanya seperti kena silet, lalu panas dan perih. Semakin digaruk, akan semakin menyebar,” ujar Lilik Yuliana, penghuni flat, sambil menunjukkan lehernya yang mengalami iritasi.
Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga terkena. Misalnya, Saskia Nisa. Di bagian tangan kiri dan dadanya, ada luka melepuh. Orang tuanya tidak mengetahui dengan pasti kapan dan di mana bocah 7 tahun itu terkena tomcat. Dia diduga digigit tomcat di tempat tidurnya. ”Anaknya sambat lukanya panas, pedih, dan berair, tapi tidak gatal,” ujar ayah Saskia, Muhammad Sholeh.
Keberadaan tomcat yang merajalela itu akhirnya ditangani dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP) serta dinas kebersihan dan ruang terbuka hijau (DKRTH). Pada pukul 07.00 kemarin (18/2), petugas dari dua dinas itu menyemprotkan obat serangga dan pestisida organik ke tomcat. ”Dari DKRTH dua kali dan DKPP satu kali,” ujar Sholeh.
Penanganan kesehatan juga dilakukan Tim Gerak Cepat (TGC) Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya. Dokter dan petugas kesehatan membalut luka yang melepuh serta membagikan salep kepada warga.
Keberadaan hewan dengan nama latin Paederus littoralis tersebut bukan kali pertama dikeluhkan warga. Sebelumnya, warga pernah melapor ke Kelurahan Gunung Anyar Tambak, tapi tidak ada tanggapan. ”Ini pun kebetulan ada patroli linmas yang ke flat, baru mereka menangani ini,” ujar Marjoko, penghuni flat.
Kepala DKPP Joestamadji mengatakan, keberadaan tomcat memang wajar. Serangga itu merupakan predator alami hama wereng cokelat di sawah dan tanaman. Kalau sampai ada di flat, bisa jadi habitat mereka terusik. ”Apalagi, tomcat suka cahaya yang terang,” katanya.
Dr dr Cita Rosita Sigit Prakoeswa SpKK(K) FINSDV FAADV menyebutkan, cukup banyak pasien yang datang ke RSUD dr Soetomo dengan keluhan iritasi kulit akibat tomcat. Saat datang, gejalanya bervariasi. Banyak yang mengira iritasi itu adalah herpes zoster.
Gejala kulit yang terjadi disebut dermatitis kontak iritan. Tandanya adalah kulit kemerahan, melepuh, sampai terluka. Apabila bagian luka digaruk, bisa timbul lesi yang semakin luas.
Jika memang sudah terjadi kontak dan mulai muncul ruam di kulit, segera cuci dengan air mengalir dan sabun. Bila ada kulit yang melepuh, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan.