Pementasan Luntas Padukan Makna Imlek-Valentine
SURABAYA – Pertunjukan ludruk tetap punya pesona. Penikmat seni peran khas Jawa Timuran itu menyaksikan pertunjukan spesial di Gedung Pringgodani, Kampung Seni THR Surabaya. Ada lakon kisah cinta Sampek-Engtay.
Pementasan tersebut berlangsung Sabtu malam (17/2). Tuamuda, remaja, maupun anakanak larut dalam lakon yang dimainkan Ludrukan Nomnoman Tjap Soeroboio (Luntas). Dekat-dekat perayaan Imlek, grup ludruk modern itu me- nyuguhkan cerita cinta legendaris dari Tiongkok tersebut.
Itulah cerita balada cinta si kaya dan si miskin. Kisah Sampek dan Engtay dimainkan 12 pelaku peran. Tidak melulu serius. Sejak penokohan pun, kesan unik sudah muncul. Ada tokoh Wong Sempel dan Wong Wongan Sawah. Mereka berdialog dengan humor-humor segar. Ada pula tiga pemain latah yang turut melempar humor. Guyonan semakin beragam. Berkali-kali dan tanpa bosan, tingkah spontan tokoh-tokoh latah itu memicu tawa lepas penonton.
Namun, alur cerita tetap menonjolkan tokoh Sampek. Pemerannya seorang pemuda bernama Yudha Purnawan. Dalam cerita tersebut, cinta Sampek kepada Engtay harus kandas. Mereka berbeda kelas dan derajat. Engtay akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki lain. ”Aku akan tetap menyusul Engtay dan menerima apa pun risikonya,” ucap Sampek saat menuju rumah Engtay yang diperankan mahasiswa psikologi bernama Anggi Yuliana Velinda.
Robert Bayoned, koordinator Luntas, mengatakan, pementasan Sabtu malam itu menggabungkan makna Imlek dan Valentine. Luntas selalu menghadirkan tontonan yang bisa diterima semua umur. Termasuk anak-anak muda. Tata musik pun digabungkan antara gamelan dan pop terkini.
”Cerita (Sampek-Engtay) ini memang sudah lama. Tapi, masih menarik untuk dikemas dengan gaya sekarang,” katanya. Dia berharap semakin banyak pemuda yang turut melestarikan budaya khas Surabaya itu.