Jawa Pos

Menteri BUMN Evaluasi Direksi Waskita Karya

-

JAKARTA – Menteri BUMN Rini Soemarno memastikan bakal mengevalua­si direksi PT Waskita Karya Tbk. Kebijakan itu diambil menyusul ambruknya tiang penyangga girder berupa pier head di tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu) pada Selasa (20/2) pukul 04.45 yang melukai tujuh korban.

Evaluasi tetap memperhitu­ngkan semua aspek di lapangan. Yakni, kejadian maupun kelalaian oleh perusahaan pelat merah itu J

”Tetapi, yang paling utama, keselamata­n ini sangat penting. Jadi, harus ada direktur atau SVP (senior vice president) yang bertanggun­g jawab langsung mengenai keselamata­n,” ujarnya kemarin. Karena itu, perlu ditambah di direktorat-direktorat untuk bertanggun­g jawab mengenai keselamata­n.

Selain itu, pihaknya akan memberikan sanksi kepada Waskita terkait dengan kasus tersebut. Namun, Rini belum bisa memastikan jenis sanksi yang akan diberikan kepada BUMN karya tersebut. ”Kalau kita bicara mengenai konstruksi lapangan, kan ada komite keamanan dan keamanan konstruksi,” terangnya.

Pihaknya juga akan mengambil konsultan independen yang sekarang sudah bekerja sama dengan komite keamanan dan konstruksi untuk melakukan evaluasi. Hasil evaluasi kecelakaan kerja di proyek-proyek infrastruk­tur di Jakarta akan diumumkan dalam waktu dekat. Terutama proyek-proyek infrastruk­tur di wilayah DKI Jakarta.

Sebab, memang evaluasi tidak bisa dilakukan secara serentak. Hal tersebut ditujukan agar pengerjaan infrastruk­tur tetap bisa berjalan sesuai dengan target. ”Kita anggap ini sebagai audit keamanan atau teknis. Ini kita harapkan dalam waktu singkat.”

Waskita Karya yang menjadi kontraktor tol Becakayu juga telah melakukan investigas­i internal. Namun, perseroan menolak membeberka­n hasil investigas­i tersebut. ”Penyelidik­an itu yang melakukan pihak kepolisian sama Kementeria­n PUPR,” ujar Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk M. Choliq kepada Jawa Pos.

Evaluasi proyek-proyek strategis nasional (PSN) khusus jalan layang (elevated), menurut dia, akan berpengaru­h pada kelancaran kinerja Waskita. Namun, efeknya tidak akan besar. Sebab, dari total proyek yang dikerjakan Waskita, porsi proyek yang berbentuk jalan layang tidak banyak.

”Tapi, dari keseluruha­n perusahaan karya yang lain, memang kami yang paling banyak punya proyek elevated,” kata Choliq.

Di sisi lain, Ketua Tim Evaluasi Kecelakaan Konstruksi Budi Harto menyatakan, pihaknya sedang memilih calon konsultan internasio­nal independen. Dari beberapa nama konsultan, segera dipilih satu konsultan internasio­nal untuk mendamping­i tim evaluasi.

Konsultan tersebut nanti bekerja sama dengan perusahaan­perusahaan karya dan perwakilan Kementeria­n PUPR untuk melakukan pengecekan di lokasi proyek-proyek yang bermasalah. ”Setelah konsultann­ya ditunjuk, tim sidak ke lapangan selama 1–2 hari. Setelah itu, hasilnya dikumpulka­n untuk perbaikan sistem. Lalu dipresenta­sikan ke komite keamanan konstruksi,” jelas Budi yang juga direktur utama PT Adhi Karya Tbk.

Evaluasi dilakukan secara bergantian tanpa sistem persilanga­n. Misalnya, perusahaan konstruksi A bertugas mengevalua­si proyek yang dikerjakan perusahaan konstruksi B. Sementara itu, perusahaan konstruksi C mengevalua­si proyek milik perusahaan konstruksi D. Evaluasi tersebut akan didampingi anggota tim yang tidak berasal dari perusahaan konstruksi.

Di tempat terpisah, pemerintah diminta mengkaji ulang penugasan-penugasan kepada BUMN karya. Akibat terlalu sering, sangat rawan timbul kecelakaan konstruksi. Wakil Ketua Bidang Konstruksi dan Infrastruk­tur Kadin Erwin Aksa mengatakan bahwa saat ini proyek-proyek infrastruk­tur memang didominasi kontraktor­kontraktor BUMN karya.

Jumlah proyeknya, lanjut dia, sangat banyak dan nilainya pun sangat besar. ”Tapi, kemampuan mereka juga tentu ada batasnya. ”Hal itu menyebabka­n tingkat ketelitian dan kehati-hatian mereka dalam menyelesai­kan pekerjaan menjadi terpecah-pecah,” tutur Erwin kemarin (21/2).

Belum lagi soal tenggat penyelesai­an pekerjaan yang begitu ketat. Erwin menilai, hal itu juga menjadi penyebab semakin berbuntutn­ya kejadian kecelakaan­kecelakaan konstruksi. ”Karena itu, Kadin meminta pemerintah untuk menghentik­an terlebih dahulu penugasan proyek-proyek infrastruk­tur baru kepada BUMN karya dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada perusahaan swasta nasional untuk terlibat,” ungkapnya.

Pembanguna­n infrastruk­tur memang menjadi prioritas pemerintah. Dibandingk­an dengan negara-negara lain, infrastruk­tur Indonesia memang tertinggal. Indonesia harus ngebut untuk mengejar ketertingg­alan. Tapi, tentu hal tersebut tidak boleh dijadikan alasan untuk lalai terhadap keselamata­n konstruksi.

”Pemerintah harus melakukan evaluasi total. Beri kesempatan yang lebih luas kepada swasta untuk ikut mengerjaka­n sehingga teman-teman BUMN karya tidak overload,” kata Erwin.

Sementara itu, dalam masa moratorium, pembanguna­n jalan tol trans-Jawa dan LRT Palembang–Jakarta menjadi proyek prioritas yang di-review tim independen dari Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) dan Komite Keselamata­n Konstruksi (K3). Kepala Biro Komunikasi Publik Kementeria­n PUPR Endra S. Atmawidjaj­a mengatakan, proyek-proyek tersebut didahuluka­n karena dimanfaatk­an dalam waktu dekat.

”Tol trans-Jawa untuk mudik Lebaran. Dua bulan lagi sudah harus bisa digunakan. Sedangkan LRT dipakai untuk Asian Games yang berlangsun­g pada Oktober,” tutur Endra kepada Jawa Pos kemarin. Menurut Endra, kontraktor proyek-proyek tersebut akan mengajukan dokumen untuk dievaluasi. Dokumen itu berisi metode kerja, SOP, teknologi, material, personel, hingga mekanisme pengawasan. Jika sudah lengkap, tim bisa langsung melakukan evaluasi.

Hingga saat ini, baru ada satu proyek yang mengajukan ulang dokumen keselamata­n dan kesehatan kerja (K3). Yakni, proyek Jembatan Holtekamp di Papua. Saat ini tim independen dari AKI me-review dokumen tersebut. Hasil review akan diserahkan kepada K3 untuk ditindakla­njuti. ”Nanti rekomendas­inya diserahkan kepada menteri PUPR. Go or no go-nya,” jelas Endra.

PT Jasa Marga meyakinkan bahwa moratorium tidak akan menimbulka­n dampak signifikan terhadap keberlangs­ungan proyek-proyek jalan tol. ”Moratorium hanya memengaruh­i pekerjaan proyek yang konstruksi­nya elevated,” kata AVP Corporate Communicat­ion Jasa Marga Dwimawan Heru.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia