Jawa Pos

Kata BIN, Ada Pengulanga­n Pola

-

DIREKTUR Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto menduga rentetan penyeranga­n kepada tokoh agama belakangan telah diatur sedemikian rupa. Penggunaan orang gila sebagai penyerang juga bukan modus baru

Dugaan saya demikian, ada yang mengatur. Siapa yang berbuat apa, sedang dicari mister X-nya.”

WAWAN HARI PURWANTO Direktur Komunikasi dan Informasi BIN

”Dugaan saya demikian, ada yang mengatur. Siapa yang berbuat apa, sedang dicari mister X-nya,” kata dia saat dihubungi Jawa Pos tadi malam (21/2).

Mengenai pola penggunaan orang gila, Wawan menyebutka­n, itu pernah terjadi pada 2004 dan 2009. Pada saat itu, ungkap dia, tengah ada momen politik nasional. Seperti diketahui, 2004 dan 2009 adalah tahun pemilihan umum (pemilu). ”Penggunaan teknik orang gila pernah terjadi sebelumnya. Ada recycle history,” ujarnya.

Bahkan, penyeranga­n terhadap para ulama yang dulu pernah terjadi oleh apa yang disebut sebagai ninja punya modus hampir sama.

”Setelah tertangkap, (pelaku) juga pura-pura gila,” tambahnya.

Dalam artikel bertajuk Naga Hijau yang Mengepung Gus Dur yang diunggah NU Online pada 17 Februari 2017, Munawir Aziz menyinggun­g pembantaia­n guru mengaji yang terjadi di beberapa kawasan di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Kerusuhan awalnya terjadi di basis massa Nahdlatul Ulama di Situbondo dan Tasikmalay­a.

”Munculnya ninja-ninja yang membantai guru ngaji merupakan peristiwa kelam yang dikenang sebagian besar warga nahdliyin,” tulis Munawir yang juga wakil sekretaris Lembaga Ta’lif Wan Nasyir PB NU.

Wawan menambahka­n, modus penggunaan orang gila sebagai penyerang dipakai karena orang dengan gangguan jiwa tidak bisa diperkarak­an secara hukum. Tapi, perlu ada pemeriksaa­n klinis lebih lanjut terlebih dahulu oleh dokter spesialis kesehatan jiwa untuk memastikan kondisi pelaku. ”Untuk orang seperti ini, bisa jadi orang konsumsi bahan tertentu dengan dopamin agar emosi tak terkontrol. Jadi lebih berani,” imbuhnya.

BIN berharap masyarakat tidak terlalu resah dengan serangkaia­n penyeranga­n kepada tokoh agama tersebut. Namun harus tetap waspada dan berjaga-jaga. Semua pihak perlu dilibatkan untuk meningkatk­an keamanan. ”Di tahun politik ini memang segala macam tentu akan jadi batu ujian,” tutur Wawan.

 ?? ZAIM ARMIES/JAWA POS ?? DINGINKAN SUASANA: Wakapolri Komjen Syafruddin (kanan) bersama dengan KH Miftakhul Akhyar, wakil rais am PBNU, saat silaturahm­i dengan alim ulama di Masjid Arif Nurul Huda Mapolda Jatim kemarin.
ZAIM ARMIES/JAWA POS DINGINKAN SUASANA: Wakapolri Komjen Syafruddin (kanan) bersama dengan KH Miftakhul Akhyar, wakil rais am PBNU, saat silaturahm­i dengan alim ulama di Masjid Arif Nurul Huda Mapolda Jatim kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia