Jawa Pos

LUPA BAHASA JAWA

Yowis Ben Dirilis Hari Ini

-

JAKARTA – Film komedi berbahasa Jawa pertama, Yowis Ben, dirilis hari ini (22/2). Film arahan Fajar Nugros itu berkisah tentang empat anak muda yang membentuk band. Mereka adalah Bayu (Bayu Skak), Nando (Brandon Salim), Doni (Joshua Suherman), dan Yayan (Tutus Thomson). Masing-masing punya motivasi berbeda untuk ngeband.

Bayu yang merupakan penjual pecel ingin tampak lebih keren. Nando yang diidolakan cewek-cewek ingin dilihat sebagai orang yang berbakat. Tidak cuma modal tampang. Doni yang anak orang kaya ingin membuktika­n bahwa dirinya bisa berkarya. Lantas, Yayan yang hobi main drum ingin membuktika­n bakatnya.

’’Ini semua memang tentang pembuktian. Semua personel band Yowis Ben ini punya sesuatu yang mau mereka tunjukkan lewat musik mereka,’’ jelas Bayu saat ditemui di

gala premiere Yowis Ben di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa malam (20/2).

Sebagaiman­a pernah diberitaka­n, sekitar 80 persen dialog film yang diproduksi Starvision itu menggunaka­n bahasa Jawa. Ada bahasa Jawa Tengah, Suroboyoan, dan boso walikan (bahasa yang rangkaian hurufnya dibalik) khas Malang. Namun, film ini tetap bisa dinikmati siapa saja karena ada subtitle bahasa Indonesia yang detail.

Produser Chand Parwez Servia optimistis film tersebut bisa diterima berbagai kalangan. Termasuk yang bukan penutur bahasa Jawa. Pada 1989, pihaknya membuat film berjudul

Si Kabayan Saba Kota yang berbahasa Sunda. ’’Toh, film itu disambut baik juga. Kami kasih

subtitle juga,’’ ungkapnya.

Bayu juga menanggapi banyaknya komentar negatif yang beredar di media sosial menjelang rilis Yowis Ben. Ada yang menyebut bahasa Jawa itu ndeso. Hanya digunakan oleh asisten rumah tangga dan buruh migran. Bahkan, ada yang menuduh Bayu tidak nasionalis karena hanya mengangkat budaya Jawa, khususnya Jawa Timur-an.

Bayu prihatin. Bagi dia, bahasa dan budaya sebuah suku bukan bahan ejekan. Apalagi, penggunaan bahasa Jawa di kalangan generasi milenial mulai menurun. ’’Bahasa pemersatu kita memang bahasa Indonesia. Tapi, kita nggak boleh lupa sama bahasa Jawa, bahasa daerah yang jadi akar kita,’’ ucap YouTuber dengan 1,48 juta

subscriber itu.

Ketika punya ide membuat film, Bayu terinspira­si dan termotivas­i Uang Panai’

(2016). Film produksi Makassar itu mengangkat budaya setempat. Yakni, tentang uang panai’ atau mahar pernikahan suku Bugis. Bahasa yang digunakan adalah full bahasa lokal. Demikian pula para pemainnya. Meski begitu,

Uang Panai’ sukses di pasaran dengan 500 ribu penonton.

Karena itu, Bayu juga optimistis Yowis

Ben bisa bersinar. ’’Uang Panai’ jadi bukti bahwa bahasa dan budaya daerah tak jadi penghalang sebuah film untuk sukses,’’ ujar Bayu. Dia berharap, setelah Yowis Ben, semakin banyak film daerah yang menggunaka­n bahasa setempat. Misalnya, Aceh, Batak, Bali, dan Sunda.

Menurut dia, film lokal bisa menjadi cerminan budaya. Penonton bisa saling mengenal budaya lokal masing-masing. ’’Itu kan bagus. Harmonis sekali,’’ paparnya menepis tuduhan dirinya tidak nasionalis. (len/c5/na)

 ?? FOTOFOTO: STARVISION FOR JAWA POS ?? BAYU SKAK
FOTOFOTO: STARVISION FOR JAWA POS BAYU SKAK

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia