Jawa Pos

Doktor HC buat Putu Wijaya

-

JOGJAKARTA – Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta menganuger­ahkan gelar doktor honoris causa (HC) kepada budayawan, sastrawan, sekaligus teaterawan Putu Wijaya kemarin (21/2). Di hadapan sidang senat terbuka, pria bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya itu membacakan pidato ilmiah berjudul Tradisi Baru selama 40 menit. Pidato ilmiah tersebut diadaptasi dari buku berjudul Teater Tradisi yang membedah pengalaman, pergumulan, hingga konsepsi sang maestro tentang teater.

Yang berbeda, penyampaia­n pidato ilmiah di Concert Hall itu tidak seperti sidang senat terbuka pada umumnya. Putu tidak memakai toga. Pria kelahiran 11 April 1944 tersebut hanya mengenakan baju batik cokelat berkombina­si hitam dipadu celana hitam. Dandananny­a kian lengkap dengan topi khas Tino Sidin plus sepatu kets. ”Saya meminta maaf. Izinkan saya duduk di sini dengan memakai sepatu kets. Ini bagian terapi. Izinkan juga saya memakai batik saja. Saya tak nyaman pakai jas dan dasi. Menakutkan,” seloroh Putu yang disambut tepuk tangan seniman dan akademisi yang memenuhi ruangan.

Dengan duduk di atas kursi roda, Putu mulai bercerita tentang gejolak batinnya pada 2016, ketika kali pertama diberi tahu bakal menerima penghargaa­n tersebut. Waktu itu dia merasa malu sekaligus sulit menemukan pembuktian bahwa dirinya pantas menerimany­a. Sebab, dia merasa bukan seorang peneliti.

Rektor ISI Jogjakarta Agus Burhan menyatakan, sosok Putu Wijaya pantas mendapatka­nnya. Sebab, yang dikembangk­an Putu Wijaya tidak sekadar melestarik­an nilai-nilai seni yang adiluhung. Lebih dari itu. Nilai karya teater maupun sastra Putu Wijaya memiliki fungsi sosial sekaligus membentuk kesadaran manusia.

 ?? GUNTUR AGA TIRTANA/JAW APOS RADAR JOGJA ?? LESTARIKAN SENI: Putu Wijaya menyampaik­an pidato ilmiah di ISI Jogjakarta kemarin.
GUNTUR AGA TIRTANA/JAW APOS RADAR JOGJA LESTARIKAN SENI: Putu Wijaya menyampaik­an pidato ilmiah di ISI Jogjakarta kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia