Jawa Pos

Indonesia Merasa Diamputasi

AWF Hapus Kelas Andalan Eko Yuli

-

JAKARTA – Satu peluang emas Indonesia melayang sudah. Asosiasi Angkat Besi Asia (AWF) mencoret kelas 62 kg yang menjadi spesialisa­si lifter Merah Putih Eko Yuli Irawan. Padahal, kans Eko untuk meraih emas sangat besar. Penyebabny­a, pesaing utama Eko, yakni lifter dari Korea Utara dan Tiongkok, di-banned karena kasus doping.

Peraih emas Asian Games 2014 kelas 62 kg dari Korea Utara Kim Un-guk dilarang bertanding sejak Olimpiade 2016. Begitu juga Chen Lijun dari Tiongkok yang tidak akan turun karena terkena suspend. Keputusan itu tertuang dalam surat edaran AWF 11 Februari 2018 yang ditandatan­gani Presiden AWF Mohamed Yousef Almana dan Sekjennya, Boossaba Yodbangtoe­y.

Pelatih Angkat Besi Muhammad Rusli menyayangk­an keputusan tersebut. Tim pelatih harus memutar otak untuk menemukan jalan keluarnya. ’’Jika memang keputusan itu mentok, hanya ada dua opsi, menurunkan Eko di kelas 56 kg atau menaikkan kelas di 69 kg,’’ ungkapnya.

Rusli menyatakan, untuk memenuhi target emas di kelas 56 kg, Eko tidak memiliki lawan. Namun, permasalah­annya, dengan waktu yang sangat mepet, sulit untuk menurunkan berat badan. ’’Awal pelatnas dia menurunkan berat badan dari 66 kg ke 62 kg. Nah, untuk 62 kg ke 56 kg itu apakah bisa dengan waktu yang ada?’’ ucapnya. Penurunan badan yang drastis tentu mengganggu performa Eko.

Jika dinaikkan ke kelas 69 kg, Rusli yakin Eko bisa bersaing dengan lifter dari negara lain. Tapi, di kelas tersebut ada dua lifter elite Indonesia lainnya, yakni Deni dan Triyatno. Aturannya, hanya diperboleh­kan maksimal dua atlet dari negara yang sama dalam satu kelas. ’’Mau nggak mau kami harus membuang salah satu. Eman sekali rasanya. Tapi, itu pilihan terakhir kami,’’ urainya.

Rusli mengembali­kan semua keputusan tersebut kepada Eko. Atlet, lanjut dia, harus merasa nyaman bertanding di kelas yang dijalaniny­a. Pihaknya hanya bisa mengarahka­n atlet, tapi tidak bisa memaksakan kehendak. ’’Untuk atlet sekelas Eko, harus menjadi korban itu sangat disayangka­n,’’ ungkapnya.

Wakil Ketua Umum PB PABBSI Joko Pramono menjelaska­n, pihaknya melayangka­n surat kepada Ketua Inasgoc Erick Thohir. Sebagai ketua umum KOI, Erick diminta mendesak Dewan Olimpiade Asia untuk mempertimb­angkan kembali pencoretan kelas 62 kg.

’’Kami dari PB PABBSI berharap Inasgoc melobi OCA agar kelas 62 kilogram tetap dipertandi­ngkan di Asian Games 2018 nanti,’’ ujarnya.

Menurut Joko, kebijakan AWF mencoret nomor unggulan Indonesia, 62 kg, patut dipertanya­kan. Sebab, keputusan tersebut diambil enam bulan sebelum Asian Games. Selain itu, keputusan tersebut terbilang prematur lantaran Internatio­nal Weightlift­ing Federation (IWF) juga belum mencoret nomor yang sama untuk ajang Olimpiade Tokyo 2020.

’’Saya kira ada intrik di AWF. Ibarat kami diamputasi,’’ terang Kabid Angkat Besi PB PABBSI Alamsyah Wijaya. Padahal, imbuh dia, Indonesia merupakan tuan rumah yang secara kebijakan semestinya punya nilai tawar dalam menentukan kelas yang dipertandi­ngkan nanti.

 ?? CHANDRA SATWIKA/JAWA POS ?? (Vietnam) Snatch 124 kg, clean and jerk 152 kg, total 276 kg (Korea Utara) Snatch 128 kg, clean and jerk 170 kg, total 298 kg THACH KIM TUAN (Vietnam) Snatch 134 kg, clean and jerk 160 kg, total 294 kg TRAN LE QUOC TOAN OM YUN-CHOL
pesaing yang...
CHANDRA SATWIKA/JAWA POS (Vietnam) Snatch 124 kg, clean and jerk 152 kg, total 276 kg (Korea Utara) Snatch 128 kg, clean and jerk 170 kg, total 298 kg THACH KIM TUAN (Vietnam) Snatch 134 kg, clean and jerk 160 kg, total 294 kg TRAN LE QUOC TOAN OM YUN-CHOL pesaing yang...
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia