Jawa Pos

Sempat Minum Air Sawah karena Capek Sekali

Kesaksian yang Terhindar dari Maut di Longsor Brebes

-

Mulyono selamat setelah berpeganga­n erat ke pelepah kelapa saat terseret lumpur longsor. Rata-rata korban luka lainnya menjalani perawatan akibat trauma dan benturan.

TEGUH SUPRIANTO, Brebes

SUARA dentuman itu mengagetka­n Mulyono. Apalagi diikuti pergerakan tanah yang begitu cepat dari atas bukit.

”Seperti suara ledakan, kemudian tanah bercampur air turun dengan cepat menyapu tempat sekitar saya berada,” tutur pria 57 tahun itu kepada Radar Tegal (Jawa Pos Group).

Kemarin pagi (22/2) Mulyono tengah berada di blok Pasirpanja­ng Lama. Di bawah Bukit Lio di Desa Pasirpanja­ng, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Dia bermaksud mencari kayu. Dia tak sendirian pagi itu. Ada sejumlah warga desa lainnya, kebanyakan perempuan. Mereka tengah mengolah lahan sawah

Tidak jauh dari lokasi dia berada yang merupakan bagian bawah dari jalan Provinsi Salem–Banjarharj­o.

Menyadari adanya bahaya setelah terdengar dentuman dan pergerakan tanah tadi, Mulyono spontan langsung berusaha berlari menjauh. Namun, upayanya terlambat.

Tubuhnya ikut terseret lumpur longsor meski sudah berusaha menghindar. ”Saat saya lari, tubuh terdorong oleh pelepah pohon kelapa kering yang hanyut terbawa longsor. Karena takut tenggelam, saya berpeganga­n erat ke pelepah itu,” tuturnya.

Dia sudah tidak dapat lagi mengingat kondisi warga lain. Suami Tarmah itu mengaku pasrah terbawa arus lumpur. Sambil tetap berpeganga­n pada pelepah pisah.

Kematian terasa begitu dekat. ”Sempat tenggelam sampai sekeliling kelihatan gelap,” ucap Mulyono.

Setelah beberapa saat kemudian, arus mulai terhenti. Mulyono berupaya menuju tepian yang memiliki permukaan lebih tinggi dari tempatnya berada.

”Saya kira dangkal, ternyata sampai hampir tenggelam di situ. Saya nyaris putus asa karena tidak kuat lagi untuk mengangkat tubuh dari lumpur,” imbuhnya.

Namun, keberuntun­gan masih berpihak kepadanya. Lewat perjuangan keras, Mulyono akhirnya berhasil mencapai dataran lebih tinggi. Di situ dia terbaring sampai ditemukan warga yang melakukan pencarian.

”Saya sempat minum air sawah karena capek sekali,” imbuh Mulyono yang dirawat di Puskesmas Desa Bentar.

Ada lima warga Desa Pasirpanja­ng yang tak seberuntun­g Mulyono. Mereka kehilangan nyawa lantaran ditelan longsor. Empat belas warga lainnya mengalami luka-luka.

Kepala Puskesmas Bentar dr Riana Harsana mengatakan, lima korban tewas langsung diambil pihak keluarga setelah dilakukan pendataan seperlunya. Sementara itu, 14 korban luka menjalani perwatan akibat trauma dan benturan saat longsor berlangsun­g. Belasan lainnya masih dicari.

”Ada tiga yang dirujuk, yakni ke RSUD Majenang dan RS Orthopaedi Purwokerto. Mereka mengalami luka berat akibat terbentur material longsor dan patah tulang,” jelas Riana. Bencana kemarin terjadi sekitar pukul 08.00. Hanya setengah jam setelah Mulyono meninggalk­an rumah menuju blok Pasirpanja­ng Lama. Itu memang aktivitas rutin dia tiap hari.

Di puskesmas dia ditemani sang istri Tarmah. Meski masih dalam perawatan, dia mengaku kondisinya baik-baik saja.

Sementara itu, beberapa korban lainnya, menurut Riana, sudah meminta pulang ke rumah masing-masing. Sebab, mereka hanya menderita luka ringan.

”Kita pastikan mereka yang meminta pulang kondisinya sudah stabil, kebayakan masih mengalami trauma pasca kejadian tersebut,” katanya.

 ??  ?? KORBAN BENCANA ALAM: Mulyono tengah terbaring di salah satu ruang di Puskesmas Bentar, Kecamatan Salem, Brebes, kemarin. Warga mengamati papan informasi untuk mengetahui nama korban longsor Bukit Lio di Desa Pasirpanja­ng.
KORBAN BENCANA ALAM: Mulyono tengah terbaring di salah satu ruang di Puskesmas Bentar, Kecamatan Salem, Brebes, kemarin. Warga mengamati papan informasi untuk mengetahui nama korban longsor Bukit Lio di Desa Pasirpanja­ng.
 ?? TEGUH SUPRIYANTO/RADAR BREBES/JPG ??
TEGUH SUPRIYANTO/RADAR BREBES/JPG

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia