Jawa Pos

Pengingat Kinerja untuk Polri

-

Novel Baswedan telah kembali. Bak seorang pahlawan, penyidik senior KPK itu dielu-elukan oleh para pegiat antikorups­i. Spanduk, panggung, dan karangan bunga disiapkan di gedung KPK untuk menyambut kedatangan Novel. Mantan Ketua KPK Abraham Samad, pimpinan KPK saat ini, ratusan pegawai KPK, dan masyarakat bergantian mengucapka­n selamat datang.

Dengan segala kabar kontrovers­ial yang pernah menyudutka­nnya, Novel telanjur tumbuh menjadi inspirator pemberanta­san korupsi. Penyidik yang sangat tegas, cerdas, dan sama sekali tidak takut ancaman. Novel hampir selalu terlibat dalam pengungkap­an kasus-kasus besar. Misalnya, kasus travelers check Deputi Senior BI Miranda Goeltom, korupsi proyek simulator SIM Korlantas Polri, kasus suap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, serta megakorups­i proyek e-KTP yang kini berjalan.

Kemarin (22/2), dengan mata kiri yang tidak bisa melihat karena disiram air keras, sepupu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu berkata sangat yakin. Bahwa teror penyiraman air keras tidak akan menyurutka­n semangatny­a dalam memberanta­s korupsi. Sebuah ucapan yang memberikan suntikan moril bagi seluruh penyidik dan pegawai KPK.

Di luar euforia para pegiat antikorups­i, kembalinya Novel ke Indonesia tentu menjadi pengingat bagi Polri. Sudah sepuluh bulan mereka punya utang penyelesai­an kasus penyiraman air keras ke wajah Novel. Tentu waktu yang tidak sedikit. Apalagi, polisi sudah pernah menyebar sketsa pelaku penyiraman.

Terlebih, saat ini sudah muncul desakan agar presiden membentuk tim gabungan pencari fakta kasus Novel. Desakan itu tentu mengacu kepada kekecewaan publik terhadap lambannya pengusutan kasus teror pada penyidik lembaga antikorups­i tersebut. Tentu polisi akan tetap berusaha meyakinkan bahwa mereka masih sanggup menangani perkara itu.

Presiden Jokowi memang masih memercayak­an pengusutan kasus penyiraman air keras yang dialami Novel kepada polisi. Tetapi, kepercayaa­n itu diembel-embeli adanya langkah lain jika polisi sudah menyerah. Jokowi memang tidak menyebut kata-kata ’’jika polisi menyerah’.’ Tetapi, kata-kata tersebut diwakili dengan simbol mengangkat dua tangan.

Kembalinya Novel setelah menjalani perawatan di Singapura harus menjadi reminder bagi kepolisian. Setidaknya, polisi merasa punya utang besar setiap melihat wajah Novel. Utang yang tidak bisa ditutup dengan hiruk pikuk peristiwap­eristiwa baru. Sekalipun peristiwa sebesar penyeranga­n-penyeranga­n tokoh agama yang marak akhir-akhir ini.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia