Bunga Rendah Dorong Bisnis KPR
Daya Beli Masyarakat Jadi Tantangan
JAKARTA – Awal tahun ini perbankan gencar memberikan bunga murah untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Bunga murah dipandang mampu mendorong pembelian rumah yang biasanya landai pada kuartal pertama.
Bank Mandiri, misalnya. Perbankan pelat merah tersebut memberikan bunga 5,55 persen
fixed selama dua tahun pertama dan 6,55 persen fixed pada tiga tahun setelahnya. Khusus pembelian rumah dari developer rekanan, ada subsidi bunga 3,55 persen fixed dua tahun pertama dan dilanjutkan 6,55 persen fixed tiga tahun setelahnya. Sementara itu, BCA memberikan bunga
fixed 5,61 persen pada dua tahun pertama dan bunga capping 6,61 persen tiga tahun berikutnya.
Senior Vice President Consumer Loan PT Bank Mandiri Tbk Harry Gale menyatakan, bisnis KPR selalu menarik bagi perbankan. Namun, tantangan utama saat ini adalah market dari generasi milenial yang mendominasi jumlah populasi. Yakni, mencapai 33 persen dari total 255 juta penduduk Indonesia. ”Sebab, harga tanah jauh sekali naiknya. Tidak secepat kenaikan gaji. Jadi, harus niat benar-benar didisiplinkan keuangannya supaya bisa mencicil uang muka. Selanjutnya, baru dipikirkan angsurannya,” ujarnya kemarin (22/2).
Selain persoalan gaji, gaya hidup generasi milenial yang boros menjadi penghambat kemampuan membeli rumah. Bahkan, di kota-kota besar, konsumen generasi milenial rata-rata hanya mampu membeli rumah pertama berupa rumah tapak (landed house) di pinggiran kota. Ada pula yang membeli apartemen berukuran kecil di tengah kota yang harganya lebih terjangkau.
Hingga akhir tahun lalu, Bank Mandiri menyalurkan KPR senilai Rp 39,7 triliun atau naik 11 persen secara year-on-year (yoy). Tahun ini Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan KPR sebesar 15 persen.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan, perbankan sudah cukup agresif dengan memberikan bunga murah kepada nasabah. Menurut dia, tantangan tahun ini adalah daya beli masyarakat, kenaikan harga rumah yang sangat tinggi, dan tidak adanya kebijakan makroprudensial dari BI untuk kredit konsumsi. ”Makanya, kami terus mendorong supaya developer juga aktif membangun dan memasarkan properti. Kalau dari bank, kami sudah bersaing sekali ini bunganya,” jelasnya.
Sepanjang 2017, perseroan membukukan outstanding kredit perumahan mencapai Rp 79 triliun. Perseroan menargetkan pada tahun ini KPR tumbuh 10 persen.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai tahun ini permintaan rumah akan dipengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat. Di sisi lain, tingkat suku bunga akan berpengaruh besar terhadap realisasi pertumbuhan KPR. ”Secara keseluruhan, pertumbuhan KPR akan lebih ditopang KPR rumah tapak ukuran sedang,” ucapnya.