Pembangunan Kota Berorientasi pada Manusia
SURABAYA – Pembangunan Kota Surabaya menarik perhatian Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Untuk itu, mereka memberikan penghargaan kepada Wali Kota Tri Rismaharini sebagai anggota kehormatan IAI dalam Indonesian Architecture Convention (IAC) di Hotel Majapahit kemarin (22/2). Penghargaan tersebut diberikan kepada Risma sebagai arsitek dengan karyanya, yakni Kota Surabaya. ”Saya terus terang pengin jadi anggota IAI. Tapi, saya dari dulu tidak punya karya. Saya majumundur,” ungkap Risma.
Risma merasa senang karena IAI memberikan kepercayaan kepada dirinya. Alumnus Arsitektur ITS Surabaya itu mengatakan bahwa dirinya selalu menggunakan ilmu arsitekturnya ketika mendesain pembangunan kota selama ini. ”Saya belajar jadi arsitek. Pembangunan apa pun itu, orientasinya ke manusia,” jelasnya.
Salah satu tujuan besar Risma adalah menciptakan Surabaya sebagai kota yang nyaman sekaligus aman ditinggali. ”Ilmu itu yang saya pakai menjadi wali kota,” tegasnya.
Mendirikan sebuah bangunan, lanjut dia, tidak bisa sembarangan. Banyak hal yang perlu dipersiapkan. Perhitungan juga dilakukan matang agar manusianya merasa nyaman. Risma memberikan salah satu contoh. Pembangunan lapangan futsal di beberapa titik di Surabaya selama ini, menurut dia, berhasil memberikan dampak positif. ”Ada anak-anak main kartu pakai uang. Saat dibuka lapangan futsal dan perpustakaan, anak-anak bisa berubah dengan cepat,” ungkap perempuan kelahiran 20 November 1961 tersebut
Risma mendesain Kota Surabaya dengan tetap mempertahankan budaya lokal warga. Namun, dia mengolaborasikan hal itu dengan fasilitas modern. ”Tapi, tidak membuat masyarakatnya berubah jelek. Kota tetap nyaman,” lanjutnya.
Risma juga bangga Surabaya dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan IAC 2018 yang berlangsung pada 19–25 Februari tersebut. Kegiatan itu dianggap penting sebagai bahan masukan pembangunan Surabaya. Penghargaan tersebut merupakan serangkaian acara dari IAC. Selain itu, ada pameran karya-karya arsitek dan mahasiswa dari jurusan arsitektur di berbagai universitas. Pameran dibagi di beberapa lokasi. Antara lain, Siola, Empire Palace, dan Gedung Kesenian Cak Durasim. ”Ada juga seminar yang berkaitan dengan arsitektur,” kata Public Relation R IAI Pusat Ren Katili.
Dalam IAC tahun ini, arsitek dari seluruh Indonesia berkumpul untuk membahas UU Nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek. Dengan UU tersebut, masyarakat sebagai pengguna jasa arsitek mendapatkan kepastian secara hukum. Melalui pameran karya dan seminar, masyarakat diharapkan lebih mengenal profesi arsitek.