Jawa Pos

Berprestas­i, Terjerat Narkoba, Kini Jadi Pendakwah

Hidup Roller Coaster ala Briansyah Pratama Santosa

- SALMAN MUHIDDIN

Di antara ratusan peserta program hapus tato gratis yang dihelat Go Hijrah, ada Briansyah Pratama Santosa. Dia ingin menghapus 30 tato di sekujur tubuhnya. Tato-tato itu menjadi bukti jungkir balik kehidupann­ya selama nyaris dua dekade terakhir.

’’CERITANYA mulai dari mana ini, Mas?’’ tanya Abyan, panggilan akrab Briansyah, saat Jawa Pos menemuinya di kantor lembaga dakwah Go Hijrah di Jalan Diponegoro, Surabaya, Sabtu (17/2). Senyum malu-malunya menandakan bahwa dia sudah menyiapkan rentetan cerita panjang sebelum berhijrah dan tobat.

Saat duduk, celana panjang Abyan tersingkap. Tampak tato bergambar

Saat itu, pria kelahiran 30 Agustus 1992 tersebut datang bersama istrinya, Belinda Ana, dan si kecil, Ayu Naysilla, yang terus merajuk di pangkuan sang ayah

Tak ada jadwal dakwah atau hapus tato. Karena itu, kantor Go Hijrah yang biasanya disesaki jamaah sepi.

Abyan lantas menggeret ingatannya ke tahun 2002. Ketika dia dinobatkan sebagai siswa kelas V berprestas­i di salah satu SD di Buduran, Sidoarjo. Menjuarai cerdas cermat hingga karate tingkat kabupaten membuat para guru mengistime­wakannya. Bahkan, saat siswa kelas VI rekreasi ke Borobudur, dia diajak. Dia pun menjadi sasaran empuk perundunga­n. ’’Tuek..tuek.. (tua..tua.., Red). Dulu saya di-bully seperti itu,’’ kenang Abyan.

Saat perjalanan menuju Magelang, siswa kelas VI memanggiln­ya untuk bergabung di kursi belakang bus. Mereka berjanji tak merundungn­ya lagi. Namun, syaratnya, dia harus meminum air berwarna merah yang belakangan dia ketahui sebagai anggur kolesom. Dia juga diminta mengisap ganja yang dikira rokok biasa. Aksi itu tak diketahui guru. Sebab, jendela bus terbuka lebar.

Saat itulah dia mulai ketagihan. Mulai mencari sampai membeli sendiri barang haram itu. Beranjak ke SMP, kenakalann­ya menjadi-jadi. Suka miras, pil koplo, dan tawuran. Ketika kelas VIII SMP, dia mengalami overdosis untuk kali pertama. Dua tahun kemudian, dia overdosis lagi di kantin sekolah.

Meski bandel tak ketulungan, 8 di antara 10 guru mempertaha­nkan Abyan karena dia masih berprestas­i dalam lomba bahasa Inggris, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), dan anggota OSIS. Dia tak dikeluarka­n dari sekolah, tapi tak bisa naik kelas. Itu justru membuat anak pertama di antara tiga bersaudara tersebut semakin malas sekolah. Dia minta pindah sekolah ke Makassar. Lulus dengan cara beli ijazah.

Semakin jauh dari orang tua, kenakalann­ya semakin menjadijad­i. Bahkan sampai menjadi pengedar dan penjambret. Pada 2010, dia pindah ke Bali. Bekerja di tempat dugem. Saat itulah dia membikin tato pertama di dada berupa tulisan nama sang ibu, Hj Dwi Astuti.

Tak lama kemudian, dia kembali ke Sidoarjo dan bekerja di Surabaya. Tatonya semakin banyak. Pada 2015, dia tertangkap polisi di kampung narkoba Rabesen di Bangkalan. Itu adalah titik balik hidupnya. Dia divonis satu tahun penjara.

Beberapasa­atsebelumt­ertangkap, dia sempat termenung di tengahteng­ah Jembatan Suramadu. Sembari melihat deburan ombak, dia ingat Tuhan. Mendadak Abyan merasa lelah menjalani hidup seperti itu. Hidup gemerlapan, namun hatinya gelap. Tanpa dia sadari, saat itu adalah malam Nisfu Syakban. Malam pengampuna­n dosa dan malam pembebasan yang diperingat­i setiap tanggal 15 bulan Syakban.

Saat Ramadan di balik jeruji besi, hidayah kembali datang. Untuk kali pertama, dia menunaikan ibadah puasa sebulan penuh dan salat Id. Abyan malu ketika orang tuanya menjenguk saat Lebaran. Dia meminta maaf dan berjanji untuk berubah.

Abyan lantas meminta direhab dan akhirnya dipindahka­n ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur, Surabaya. Berat badan yang semula tak sampai 50 kilogram meningkat drastis menjadi 68 kilogram. Dia tinggalkan narkoba dan memulai hidup sehat. Petugas RSJ Menur pun menawariny­a pekerjaan.

Mantan drumer salah band punk rock itu pun dianggap mampu menjadi tenaga konselor. Dia menerima tawaran tersebut. Abyan tak pernah mengira jalan hidup membawanya menjadi pendakwah bagi para pecandu narkoba. Meski telah berhijrah, ada tujuan yang belum tercapai. Yakni, berhaji atau umrah ke Tanah Suci serta menghapus seluruh tato di badannya. Dia mengharapk­an doa agar upaya berhijrah itu tetap istiqamah.

 ?? SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS ?? mata satu yang mulai memudar. Simbol iluminati itu sudah dilibas laser penghapus tato beberapa hari sebelumnya. Namun, tak bisa hilang langsung. Harus dilaser beberapa kali agar lenyap. INSAF: Abyan saat ditemui di kantor Go Hijrah di Jalan Diponegoro,...
SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS mata satu yang mulai memudar. Simbol iluminati itu sudah dilibas laser penghapus tato beberapa hari sebelumnya. Namun, tak bisa hilang langsung. Harus dilaser beberapa kali agar lenyap. INSAF: Abyan saat ditemui di kantor Go Hijrah di Jalan Diponegoro,...

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia