Lumpuhkan Bandit Spesialis Pecah Kaca
Satu Tersangka Masih Buron
SURABAYA – Unit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya meringkus komplotan bandit spesialis pecah kaca. Bandit kelompok Palembang tersebut sudah dua tahun terakhir beroperasi di beberapa wilayah. Satu anggotanya masih buron.
Pengungkapan kasus itu berawal dari kejadian pada 21 November 2017. Sekitar pukul 14.00 mereka beraksi di halaman parkir Masjid Baitul Muslimin, Jl Babatan, Wiyung. Ketika itu kaca pintu mobil Toyota Avanza milik korban Mohammad Dillap dipecah saat korban melaksanakan salat Asar.
Korban mengalami kerugian Rp 100 juta. ’’Korban dibuntuti sejak keluar dari mengambil uang di bank daerah Sepanjang,’’ jelas Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Lily Djafar.
Korban baru sadar kaca mobilnya dipecah saat membeli BBM eceran sekitar 50 meter dari masjid. Bukan hanya uang tunai, smartphone merek Samsung Galaxy Note 5 yang berada di dalam jok sebelah kiri juga raib.
Beruntung, aksi tersebut terekam kamera closed circuit television (CCTV) di masjid. Dari situ, polisi mengenali sepeda motor dan beberapa muka pelaku. Pengejaran komplotan berjumlah tujuh orang itu membuahkan hasil pada Selasa (20/2). Mereka diringkus tim yang dipimpin langsung oleh Iptu Bima Sakti di sebuah kontrakan Jl Bandar Rejo Gang 4, Sememi.
Melihat petugas datang, mereka lari tunggang langgang. Petugas menghadiahi mereka dengan timah panas. Masing-masing mendapatkan satu tembakan di kakinya. Mereka pun keok dengan pelor bersarang.
Enam orang berhasil diamankan. Mereka adalah Agus Salam Sohari, Ali Idrus, Rizki Apriansyah, dan Agus Toni. Selain itu, ada Muhammad Al-Amin dan Muhammad Yusuf. Dua nama terakhir mengaku belum pernah beraksi di Surabaya. Namun, nama mereka tercatat dalam daftar pencarian orang (DPO) kepolisian karena beraksi di Gempol, Pasuruan. Begitu juga Ali Idrus. Dia tercatat masuk DPO di Polres Bojonegoro karena aksi pencurian dengan kekerasan. ’’Mereka ini dulu sering beraksi di luar Surabaya, bahkan sampai ke Jakarta,” beber Lily.
Baru pada akhir tahun lalu mereka pindah ke Surabaya. Komplotan itu menyewa sebuah rumah untuk tempat tinggal. Ali pula yang menjadi sutradara serangkaian aksi mereka. Mulai membuntuti calon korban hingga menentukan tempat eksekusi. ’’Satu orang bernama Dery pulang sehari sebelum penggerebekan,’’ lanjut Lily.
Saat ini polisi mengejar Dery. Sebab, berdasar keterangan rekan-rekannya, dialah yang menjadi eksekutor. Pria asal Palembang itu menyiapkan busi sepeda motor sebagai senjata untuk memecahkan kaca. ’’Dia pamit pulang karena orang tuanya meninggal,’’ ujar Ali Idrus, salah seorang tersangka.
Hasilnya dibagi rata, yaitu Rp 18 juta untuk tiap anggota komplotan. Khusus Dery mendapatkan bagian lebih besar. Sebab, dia berperan sebagai ujung tombak (selengkapnya lihat grafis). ’’Hasilnya ya dibuat memenuhi kebutuhan seharihari dan berpesta miras,” ujar Ali.