Jawa Pos

Antisipasi Depresiasi Rupiah

-

GEJOLAK nilai tukar rupiah masih belum reda. Meski tekanan sedikit berkurang, tanda-tanda penguatan belum terlihat nyata. Sentimen negatif masih terus menerpa. Terutama dari faktor eksternal, dampak menguatnya ekspektasi Bank Sentral AS (The Fed) yang akan menaikkan tingkat suku bunga. Rencananya, mulai Maret ini The Fed akan menaikkan suku bunga secara berkala.

Dampaknya mulai terasa sejak awal tahun ini. Bukan hanya rupiah, sejumlah mata uang negara maju seperti dolar Australia, pound sterling Inggris, hingga euro pun terkoreksi. Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed membuat dolar AS pulang kampung ke Negeri Paman Sam yang menjanjika­n imbal hasil (yield) lebih tinggi. Ini yang mengakibat­kan nilai tukar banyak mata uang terdepresi­asi.

Apakah memang karena faktor eksternal? Sebab, tak sedikit yang resah jangan-jangan hal ini merupakan siklus sepuluh tahunan krisis ekonomi. Namun, tim ekonomi pemerintah untuk kali kesekian meyakinkan bahwa melemahnya rupiah memang murni faktor eksternal dan tidak mencermink­an fundamenta­l dalam negeri. Perekonomi­an Indonesia sejauh ini sudah menunjukka­n perbaikan. Misalnya ekonomi yang mampu tumbuh positif 5,07 persen. Inflasi sepanjang 2017 yang 3,4 persen menunjukka­n penurunan.

Neraca pembayaran pada 2017 masih surplus USD 10 miliar meski perkembang­an ekspor sempat tersendat pada awal tahun ini. Angka-angka tersebut menunjukka­n perbaikan ekonomi.

Dari kacamata ekonomi, pelemahan kurs rupiah yang sempat tembus Rp 13.800 per USD berisiko menurunkan daya saing produk Indonesia, baik domestik maupun ekspor. Sebab, beberapa sektor industri bergantung pada bahan baku dan barang modal yang sebagian impor. Jika dolar mahal, biaya produksi pasti naik dan ujungnya harga barang jadi lebih mahal.

Tapi, untung saja, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Indonesia punya cukup amunisi untuk meredam pelemahan rupiah. Salah satunya cadangan devisa yang cukup kuat. Tren kenaikan cadangan devisa yang Januari 2018 lalu tercatat USD 131,98 miliar ditopang membaiknya perekonomi­an sepanjang tahun lalu.

Meski begitu, pemerintah juga perlu melakukan langkah antisipati­f. Meski penyebabny­a faktor eksternal dan Indonesia punya modal fundamenta­l ekonomi serta cadangan devisa yang kuat, pemerintah harus menjaga iklim bisnis di dalam negeri tetap kondusif. Dengan begitu, dampak pelemahan kurs bisa diminimalk­an.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia