Rencana Temui Kurir Lain di RSUD Bangkalan
BNNP Dalami Jaringan Sabu-Sabu Tiongkok
SURABAYA – Penyidikan terhadap Nandi, kurir sabu-sabu (SS) seberat 5,5 kg, terus berlanjut. SS yang dibawanya ternyata hendak dikirimkan kepada seorang kurir lain di sebuah rumah sakit di Bangkalan. Hal tersebut terungkap setelah polisi meneliti isi percakapan singkat dalam handphone-nya kemarin (7/3).
Nandi kebingungan saat diminta penyidik menyebutkan nomor HP miliknya. Dia tidak tahu. Sebab, dia diberi nomor baru. Dia mengaku lupa menaruh nomor lama miliknya. Pria 29 tahun itu kerap berganti kartu. ’’Tapi, kalau yang ini, dia dikasih sama bosnya sabu-sabu. Ngaku kamu, betul kan?” tanya seorang penyidik.
Nandi mengangguk. Petugas juga tidak tahu cara mengecek nomor itu. ’’Cek *808# Pak,” celetuknya. Penyidik berambut putih itu keheranan. Dia segera menekan tombol. Tapi, malah bingung lagi. Sebab, tombol HP lawas Nokia 1202 tersebut sudah aus. Tak ada lagi simbol huruf atau angka.
Penyidik lain turun tangan. Akhirnya, ditemukan juga nomor handphone tersangka itu. Polisi lantas menyisir ulang setiap pesan dan panggilan keluar. Tiga kali diulang. ’’Di rumah sakit mana kalian janjian?” tanya penyidik lagi.
Nandi lantas menyebut nama rumah sakit itu. Yakni RSUD Bangkalan. Pria asal Tamansari, Kraksaan, Probolinggo, tersebut pernah dua kali ke Bangkalan. Sebab, dia diminta rekannya untuk membeli rongsokan besi dan sejumlah barang lain.
Dia juga menceritakan hal tersebut kepada AMI, buron yang memberi Nandi paket serbuk haram seharga Rp 6,6 miliar itu
J
Bapak satu anak tersebut juga pernah berbelanja besi tua di Pamekasan. Oleh karena itu, Nandi dipercaya membawa barang. ’’Mungkin karena tahu medan,” jelas penyidik itu.
Kabid Pemberantasan BNNP Jatim AKBP Wisnu Chandra membenarkan bahwa pengendali barang haram itu menginginkan titik lokasi pertemuan di rumah sakit. Menurut dia, hal tersebut terbilang wajar. Sebab, selama ini para pengedar sering menggunakan sistem ranjau. ’’Ada yang di depan rumah kosong, kamar kos, ya semau mereka sendiri,” ucapnya.
Wisnu menyebut Nandi seperti kurir narkoba kebanyakan. Para kurir itu hanya memedulikan uang daripada nyawa sendiri. Biasanya, nasib Nandi juga dialami TKW (Tenaga kerja wanita) yang hendak pulang ke Jawa Timur. ’’Dia tahu itu sabusabu, masih saja mau bawa. Kan niat ngerusak Indonesia berarti,” kata Wisnu.
Setelah memetakan kelas sabu-sabu yang dibawa Nandi, Wisnu yakin bahwa serbuk haram itu mirip dengan milik Hamid, gembong narkoba yang ditembak mati BNNP Jatim Januari lalu. Artinya, Malaysia hanya dijadikan tempat transit narkoba jenis amfetamin tersebut. ’’Kemungkinan besar dari Tiongkok, tapi kami memfokuskan diri untuk cari jaringannya di Indonesia saja,” kata mantan Kabagdalops Roops Polda Gorontalo itu.
Nandi sering menangis dalam pemeriksaan itu. Terutama saat dia menceritakan keluarganya yang hancur hingga membuatnya tergoda berpaling ke narkoba. Anak tunggalnya pun kini dibawa mantan istri yang bercerai dengannya tiga tahun lalu.