Ajak Para Investor Urunan Modal
Ternaknesia, Aplikasi yang Membantu Peternak Indonesia
Ingin membantu menyejahterakan para peternak Indonesia, Dalu Nuzlul Kirom dan tim membangun bisnis startup. Mereka membuat aplikasi ternaknesia. Di sini peternak bisa lebih mudah mencari investor untuk mengembangkan usahanya.
BELASAN anak muda berkumpul di Jalan Manyar Jaya VII Nomor 40. Mereka asyik mengobrol. Membahas berbagai hal. Sesekali terdengar tawa. Kebersamaan mereka bukan tanpa tujuan. Mereka adalah orang-orang di balik ternaknesia, sebuah platform digital untuk membantu mening- katkan perekonomian peternak.
Aplikasi itu merupakan proyek socioprenuer. Fokus utamanya membantu peternak Indonesia yang membutuhkan bantuan di bidang permodalan, pemasaran, dan manajemen. ”Tiga aspek tersebut memang menjadi kendala yang sering dihadapi peternak,” terang Dalu Nuzlul Kirom, CEO ternaknesia, saat ditemui pada Senin (5/3).
Dari aspek modal, peternak kerap kesulitan dalam mendapatkan bantuan. Dalu pernah merasakan sendiri. Pada 2013, tiga bulan selepas wisuda sarjana teknik elektro di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), sang paman yang tinggal di Kabupaten Blitar menghubunginya. Dia meminta Dalu untuk membantu dua peternak yang bangkrut karena ditipu pembeli.Ternak telanjur dikirim, tapi bayaran tak pernah sampai.
Dalu bingung. Latar belakangnya bukanlah bidang peternakan
Untuk menutup kerugian hampir Rp 650 juta itu, pria kelahiran 23 April 1989 tersebut hanya punya satu tujuan: pergi ke bank. ”Tapi setelah berkeliling, bank enggak ada yang mau,” jelasnya.
Kegagalan mencarikan bantuan itu tidak bisa dilupakan Dalu. Hingga muncullah ide membentuk tim untuk menggarap ternaknesia. Mereka mulai membuat langkah strategis. Bagaimana membantu peternak yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha.
Disepakati cara crowdfunding. Urun dana. Investasi tersebut melibatkan banyak orang supaya kebutuhan bisa dipecah. Misalnya, peternak membutuhkan modal Rp 100 juta. Dana investasinya dipecah menjadi Rp 1 juta per lembar. ”Artinya, modal Rp 100 juta itu bisa diuruni oleh 100 orang,” jelasnya.
Skema investasi yang ringan tersebut membuat banyak orang tertarik. Banyak yang daftar menjadi investor lewat aplikasi yang bisa diunduh di Play Store itu. Dalu lalu meminta rekannya, Saktian Eryananta, yang memiliki posisi sebagai credit marketing officer (CMO) untuk membuka aplikasi dengan simbul huruf ”t” itu. Setelah terbuka, Saktian mengeklik fitur investasi. Dari situ muncul tiga gambar kambing.
Di setiap gambar kambing ada nominal dan besaran keuntungan yang diperoleh investor yang menanamkan uangnya. Keuntungannya bervariasi. Itu bergantung berapa lama proyeknya dirampungkan. Ada yang 11–15 persen hingga 12–17 persen.
Keuntungan yang besar membuat investor semakin tertarik. Apalagi waktu untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang ditanam tidak lama. Sekitar 7–8 bulan. Selama proses menunggu hasil, para investor bisa memantau hasil ternak dari modal yang mereka tanam.
Di aplikasi ternaknesia, investor akan mengetahui perkembangan ternak. Mulai kondisi kesehatan hingga berat badan. Semua dilakukan oleh tim ternaknesia agar para investor merasa aman.
Jaminan itu penting lantaran selama ini banyak investor yang kecele. Kebanyakan investor adalah orang perkotaan, sementara ternaknya di pedesaan. ”Nah, biasanya nanti banyak laporan kerugian dari peternak,” jelasnya. Entah karena ternaknya mati atau terserang penyakit. Akibatnya, investor tidak dapat untung, malah buntung. Rugi.
Di tingkat peternak, ternaknesia melakukan pembinaan langsung. Mereka menerjunkan tim ke peternak-peternak yang sudah dipinjami modal. ”Kami di sini ada anak magang. Tugasnya memberikan pembinaan kepada peternak,” jelasnya. Saat ini ada sekitar 25 pemuda yang magang di ternaknesia. Hampir seluruhnya berstatus mahasiswa.
Dalu mengatakan, melalui sistem pemberian modal seperti itu, para peternak akan mendapatkan lebih banyak untung. Sebsab, mereka tidak perlu mengkhawatirkan bunga pinjaman. Selain itu, karena sistemnya bagi hasil, petani mendapatkan keuntungan lebih. Sebab, 50 persen kentungan diberikan kepada mereka.
Saat ini Dalu menyebut, jumlah investor yang menanamkan modal di ternaknesia tersebar dari Aceh hingga Papua. Bahkan, di beberapa proyek, para buruh migran Indonesia (BMI) tertarik berinvestasi. ”Ada BMI yang bekerja di Arab Saudi juga,” terang mantan presiden BEM ITS 2010–2011 itu.
Banyaknya investor itu membuat dana yang terkumpul semakin besar. Dalu mencontohkan peternak kambing di Madiun yang mendapatkan bantuan modal Rp 1 miliar.
Hingga kini ternaknesia sudah membantu peternak di berbagai wilayah. Misalnya, Bojonegoro, Kediri, Banten, Madiun, Wonogiri, dan Pacitan.