Mengubah Salawat, Beralasan Cinta Tanah Air
Warga Tuntut Jamaah Sawunggaling Tak Ulangi Lagi
SURABAYA – Beredarnya video sekelompok orang yang bersalawat Pancasila di media sosial membuat warga di Kelurahan Lidah Wetan, Lakarsantri, resah. Tak ingin hal tersebut berlarutlarut, warga mendesak Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimka) Lakarsantri segera menyelesaikan hal tersebut.
Berdasar informasi yang dihimpun, jamaah pasarean makam Sawunggaling, Kelurahan Lidah Wetan, membuat sebuah video pekan lalu. Isinya memuat tata cara beribadah yang tidak semestinya. Doa atau salawat yang berbunyi Shallallahu ‘ala Muhammad diganti menjadi Shallallahu ‘ala Indonesia dan Shallallahu ‘ala Pancasila. Video itu kemudian diunggah ke Facebook. Hal tersebut kemudian menjadi viral di internet.
Sekretaris MUI Kota Surabaya Muhaimin Ali mengatakan, ”Salawat itu kalau diganti jelas menyalahi kaidah Islam. Salawat bukan hanya milik segelintir rakyat, tapi juga semua orang di seluruh dunia.”
Pada Senin malam (5/3) terselenggara pertemuan antara Forkopimka Lakarsantri dan para jamaah Sawunggaling. Dalam pertemuan tersebut, para jamaah berupaya meminta maaf dan menyatakan bahwa perubahan lafal itu ditujukan sebagai rasa cinta terhadap tanah air.
Dalam pertemuan tersebut, ada delapan poin yang dihasilkan. Salah satunya, warga memaafkan asalkan kegiatan tersebut tidak diulang. Syaratnya, permintaan maaf itu harus didokumentasikan. Yakni, berupa video atau pernyataan tertulis. ”Warga menuntut supaya hal itu tidak diulangi lagi,” ucap Muhaimin.