IHSG Rebound, Rupiah Melemah Lagi
Makroekonomi Masih Stabil
JAKARTA – Tekanan terhadap pasar saham mulai mereda. Kemarin (7/3) indeks harga saham gabungan (IHSG) akhirnya masuk zona hijau. Setelah mengalami penurunan terdalam pada Rabu (7/3), IHSG mampu rebound
dengan kenaikan 74,75 poin atau 1,17 persen ke level 6.433,02.
Sayang, asing masih melanjutkan jual bersih (net sell) Rp 170,49 miliar. Jika diakumulasikan, net sell asing dalam sepekan perdagangan sejak Jumat (2/3) tercatat Rp 4,26 triliun.
Pergerakan indeks yang menghijau tersebut sejalan dengan bursa Asia dan regional yang rata-rata juga keluar dari zona merah. ”Pelaku pasar masuk lagi setelah indeks menurun sehari sebelumnya. Kenaikan peringkat sovereign credit rating (SCR) Indonesia dari BBB- dengan outlook
positif menjadi BBB dengan outlook stabil oleh Rating and Investment Information Inc (R&I) secara umum membuktikan kondisi makroekonomi masih stabil,” ulas analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta kemarin.
Namun, pada saat indeks saham mulai menguat, rupiah justru kembali merosot. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin ditutup di level Rp 13.774 per dolar AS (USD) atau, menurun 0,08 persen secara harian. Di pasar spot rupiah bahkan berada di level Rp 13.816. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 13.759 hingga Rp 13.816 per USD.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, rupiah melemah dua kali (double). Sebab, USD memang menguat. Namun, terhadap yen dan euro, USD sebetulnya melemah. Artinya, mata uang yang terdepresiasi terhadap USD pada dasarnya mengalami pelemahan yang lebih dalam.
Kondisi rupiah yang cukup volatil itu akan berdampak terhadap keputusan calon investor. Sebab, investor ingin melihat ketahanan Indonesia dari berbagai sentimen di pasar keuangan. ”Kalau dampak langsung ke perbankan, saya rasa tidak ada. Tapi, kalau kepada nasabah yang eksporter, importer, ya ada selama dia tidak ikut hedging (lindung nilai),” jelasnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan, BI berhati-hati merespons dinamika pergerakan nilai tukar rupiah yang sedang berlangsung. Tujuannya, memastikan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga.
”BI meyakini bahwa dengan ketahanan perekonomian Indonesia saat ini, yang didukung oleh jalinan koordinasi BI dan pemerintah yang semakin kuat, perekonomian Indonesia mampu menghadapi tantangan dari berbagai pergeseran ekonomi global tersebut,” ujarnya.