Perlu Gandeng Sidoarjo dan Gresik
Saran YLPK agar Operasional Suroboyo Bus Efektif
SURABAYA – Suroboyo Bus segera diluncurkan. Namun, Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Jawa Timur tampaknya tak yakin layanan itu sesuai harapan konsumen.
Ketua YLPK Jawa Timur Said Sutomo menerangkan, saat ini tak banyak konsumen yang memiliki pilihan. Sebab, tak ada peningkatan layanan transportasi umum dalam kota yang signifikan dalam 20 tahun terakhir. Masyarakat pun sudah terbiasa memakai kendaraan pribadi. Agar konsumen beralih, dia menilai konektivitas antar angkutan umum harus dibangun ulang.
Said pernah menyurvei kondisi transportasi Surabaya. Rata-rata warga harus berpindah kendaraan umum hingga tiga kali untuk berangkat kerja setiap hari. Bila pulang pergi dalam sehari, pengguna transportasi umum harus enam kali ganti kendaraan.
Agar masyarakat mau menaiki Suroboyo Bus, jangkauan angkutan juga harus ditambah. Said mencontohkan, untuk sampai di balai kota dari kantornya di daerah Menanggal, dirinya harus tiga kali naik kendaraan. Mulai ojek atau becak ke frontage road (FR) A. Yani, lalu naik angkot ke Joyoboyo. Dari Joyoboyo, dia harus naik angkot ke balai kota. Jika titik awal diganti Gunung Anyar atau Pakal, penumpang lebih banyak gonta-ganti angkutan dan ribet.
Said sepakat apabila pemkot mengembangkan transportasi masal berbasis trem dan bus. Namun, di antara keduanya, dia lebih sreg dengan bus. Sebab, biaya untuk merealisasikan trem kepalang tinggi, Rp 4,5 triliun. Proyek itu juga tidak segera terealisasi.
Di sisi lain, kebutuhan akan transportasi umum semakin mendesak. Karena itu, pengadaan bus dirasa lebih cepat dan murah.
Lantas, apakah masyarakat mau berpindah menggunakan Suroboyo Bus? Said tak yakin
Yang memadati jalan setiap hari itu sebenarnya campur-campur. Ada orang Sidoarjo. Gresik juga banyak.”
SAID SUTOMO Ketua YLPK Jawa Timur
jika bus yang disediakan hanya delapan unit. Apalagi hanya melayani rute utara-selatan. Sebab, pengguna jalan di Surabaya bukan hanya warga tengah kota. ’’Yang memadati jalan setiap hari itu sebenarnya campurcampur. Ada orang Sidoarjo. Gresik juga banyak,’’ jelas pria yang tinggal tak jauh dari Makam Kembang Kuning tersebut.
Karena itu, Said mengharapkan pemkot berkoordinasi dengan daerah sekitar. Sebab, pembangunan sarana transportasi tak bisa mengedepankan ego sektoral. Jika hal tersebut tak dilakukan, dia khawatir prakarsa selama ini sia-sia.
Sementara itu, waktu dimulainya proyek trem belum dipastikan. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi masih mengoordinasikan proyek itu dengan Wali Kota Tri Rismaharini. ’’Proyek itu, pemkot akan tender sendiri. Kemenhub hanya mendukung. Untuk tanggal atau waktu realisasinya, kami masih koordinasikan. Yang jelas, nanti treknya merupakan jalur trem lama dan kombinasi dengan jalur baru,’’ jelasnya saat ditemui di Wiyung kemarin (8/3).
Proyek trem diperkirakan menelan anggaran Rp 4,5 triliun. Pemerintah pusat hanya bersedia menalangi anggaran sebesar Rp 1 triliun. Sisanya bakal dibebankan ke pemkot, PT KAI, dan pihak swasta yang bersedia berinvestasi.