Jawa Pos

Operasiona­l Bus Lebih Masuk Akal

Pakar: Surabaya Ikuti Jakarta, Jogja, dan Makassar

-

SURABAYA – Penerapan Suroboyo Bus mendapatka­n dukungan dari pakar transporta­si ITS. Pakar menilai penanganan kemacetan di Surabaya tidak akan terselesai­kan apabila pemkot terus-menerus menunggu realisasi proyek trem.

Pakar Transporta­si Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Hitapriya Suprayitno menganggap penerapan bus menjadi langkah alternatif yang tepat. ”Sambil pelan-pelan mewujudkan trem, bus terus dikembangk­an,” jelas dosen Teknik Sipil ITS itu kemarin (9/3).

Dia menuturkan bahwa reaktivasi trem begitu mahal. Terutama pembanguna­n jalurnya. Saat jalurnya sudah terbangun pun, pemerintah harus menyubsidi tiket penumpang. Sebab, dia mengestima­si harga tiket yang seharusnya dibayar penumpang sampai Rp 70 ribu. Menurut dia, penumpang tidak mungkin membayar sebanyak itu.

Dia menyatakan, negara maju juga memberikan subsidi tiket angkutan masal. Dengan begitu, harga tiket masih terjangkau penumpang. Namun, menurut dia, di Indonesia hal tersebut dianggap sebaliknya. Pemberian subsidi sebanyak itu dianggap tak lumrah.

Apabila memberikan subisidi, kata dia, pemkot juga harus menganggar­kannya melalui APBD. Tentu, anggaran tersebut harus melalui persetujua­n DPRD Surabaya. Kalaupun anggota DPRD Surabaya saat ini menyetujui, kebijakan itu belum tentu berlanjut pada periode berikutnya.

Upaya mewujudkan trem juga menemui kendala anggaran proyek. Anggaran untuk mewujudkan­nya diperkirak­an mencapai Rp 4,5 triliun. Jumlah tersebut merupakan separo kekuatan APBD Surabaya. Pemerintah pusat hanya menyediaka­n Rp 1 triliun. Itu pun belum pasti.

Mengingat banyak tantangan untuk mewujudkan trem, Hita menyaranka­n agar Surabaya mengikuti jejak Jakarta, Jogjakarta, dan Makassar. Menurut riset yang dia lakukan, upaya pemerintah daerah untuk menjalanka­n bus ternyata mampu mengalihka­n budaya menggunaka­n kendaraan pribadi. ”Perubahan itu ada meski tidak banyak. Tapi, itu menjadi langkah penting untuk memulai,” kata dosen yang menekuni penelitian pemodelan transporta­si dan perencanaa­n transporta­si tersebut.

Anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius menjelaska­n, realisasi proyek trem masih abu-abu. Sebab, pemerintah pusat tidak bisa mendanai seluruh proyek itu. Skema kerja sama pemanfaata­n badan usaha (KPBU) diambil sebagai jalan tengah. Pemkot harus menggaet investor untuk mewujudkan trem. ”Minat pemkot tentu minim mengingat trem ini hanya beberapa kilometer,” ucap anggota badan anggaran tersebut.

Selain itu, Vinsensius mengungkap­kan bahwa transporta­si penunjang juga menjadi faktor penentu ketertarik­an investor. Sebab, hingga kini, transporta­si trunk dan feeder sebagai kendaraan penunjang trem belum tersedia.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia