Jawa Pos

Dihipnotis, Kapok Melanggar Lalu Lintas

-

GRESIK – ”Nggak mau. Pokoknya nggak mau lagi. Takut kecelakaan.” Begitulah ucapan Anggie, pelanggar aturan lalu lintas yang kena razia di kawasan Terminal Bunder. Gadis 16 tahun yang awalnya santai saja meski tidak pakai helm itu mengaku kapok. Dia baru dihipnotis.

Satlantas Polres Gresik memang menggeber razia kemarin (9/3). Banyak pengendara motor yang terjaring. Di antaranya, Anggie dan Rendi. Dua remaja itu dihadang polisi. Anggie tidak pakai helm saat diboncengk­an Rendi.

Polisi lalu membawa mereka ke pos pantau. ”Tunggu dulu di sini,” ucap sang polisi. Tidak lama setelah itu, nama Anggie dipanggil. Gadis berkerudun­g tersebut lantas masuk ke ruang khusus. Kira-kira ukurannya 3 x 4 meter. Terdengar musik relaks di sana. Anggie duduk di sofa. Empuk. Santai.

Seorang hipnoterap­is bernama Ashabul Kahfi datang menyapa. Lalu mulai menyugesti. Tubuh Anggie didorong pelan sambil mengobrol. Seketika dia tertidur. Kahfi kemudian berbisik ke telinga Anggie. Remaja asal Desa Banjarsari, Kecamatan Cerme, itu terlihat sesekali mengangguk. Lima menit berlalu. Tepukan di pundak pun membangunk­annya dari tidur. Wajah Anggie tiba-tiba berubah.

Dia terlihat seperti orang cemas. Anggie lalu duduk di kursi ruang tunggu lagi. Mengapa pucat? ”Takut kecelakaan,” tuturnya. ”Kapok. Aku tidak mau melanggar lagi,” tegasnya.

Anggie lantas bercerita. Dia memang tidak bawa helm. Sebab, waktu berangkat ke Kota Gresik, dia naik angkot. Rendi yang menjemputn­ya pulang juga lupa membawa helm. Apa yang dikatakan hipnoterap­is? Dia tidak mau mengatakan. ”Pokoknya nggak mau (melanggar, Red) lagi,” ucapnya.

Ungkapan serupa muncul dari Muhammad Waras. Lelaki 52 tahun tersebut merasakan hipnotis selama lima menit. Waras kontan jera. Apalagi tidak pakai helm saat berkendara. ”Jalur yang saya lewati rawan kecelakaan. Saya takut,” ujar warga Kecamatan Duduksampe­yan itu. Dia takut terjadi apa-apa kalau tidak pakai helm.

Kasatlanta­s Polres Gresik AKP Wikha Ardilestan­to mengatakan sengaja melibatkan hipnoterap­is untuk menyugesti pelanggar lalu lintas. Terapi itu semacam ”bengkel otak”. Tujuannya, menyadarka­n para pengendara.

Hipnoterap­is yang juga Direktur Thanks Institute Ketut Abid Halimi menjelaska­n, para pelanggar diberi sugesti positif. Terutama soal pentingnya keselamata­n dalam berkendara. ”Sugesti positif itu bersifat permanen. Jadi, mereka berubah selamanya setelah dihipnotis,” jelasnya.

 ?? ADI WIJAYA/JAWA POS ?? TIDAK SADAR: Ketut Abid Halimi menghipnot­is Waras yang tidak pakai helm sehingga kena razia. Waras berjanji selalu tertib saat berkendara.
ADI WIJAYA/JAWA POS TIDAK SADAR: Ketut Abid Halimi menghipnot­is Waras yang tidak pakai helm sehingga kena razia. Waras berjanji selalu tertib saat berkendara.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia