Jawa Pos

Ajarkan Makna Gundul-Gundul Pacul

-

SURABAYA – Kemarin merupakan Hari Musik Nasional. Kampoeng Dolanan, komunitas yang fokus pada pelestaria­n dolanan tradisiona­l di Surabaya, mengajak anak-anak di kawasan Jalan Kenjeran, Kecamatan Simokerto, memperinga­tinya dengan bernyanyi bersama. Mereka diiringi gitar, cajon (gendang akustik), marakas, kerincinga­n biji dakon, dan egrang batok.

Dengan duduk lesehan beralas terpal biru di rel kereta di Stasiun Sidotopo yang tak lagi dipakai saat sore, mereka menyanyika­n 9 tembang dolanan, 3 lagu nasional, dan 1 jingle mereka yang berjudul Kampoeng Dolanan. ’’Munculnya Hari Musik adalah pengingat untuk menghargai dan mengapresi­asi para musisi,’’ kata Mustofa Sam, penggagas Kampoeng Dolanan.

’’Pada era sekarang ini, Hari Musik mungkin lebih dikenalkan dengan musik-musik modern. Tapi, di sini, kami akan belajar tembang daerah zaman dulu yang mana punya makna mendalam,’’ papar pria kelahiran 2 Mei tersebut.

Komunitas yang digagas Mustofa itu memang sangat peduli terhadap musik dan permainan tradisiona­l. Bahkan, mereka punya tujuh divisi untuk itu. Di antaranya, divisi pengembang­an UKM produsen permainan tradisiona­l, penjualan mainan tradisiona­l, dan divisi musik. Mereka yang terlibat adalah mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universita­s di Surabaya. Mereka aktif sebagai sukarelawa­n.

Dalam kesempatan tersebut, mereka juga membahas makna lagu tradisiona­l. Tidak semua. Hanya lagu Gundul-Gundul Pacul karya Sunan Kalijaga dan R.C. Hardjosubr­oto. Lagu yang liriknya tidak terlalu panjang itu ternyata menyimpan makna yang dalam. Pria lulusan Teknik Elektro PENS Surabaya tersebut menyebutka­n, gundul tidak berarti kepala yang melambangk­an mahkota, tetapi jangan sampai menilai orang hanya dari tampilan luar.

Lalu, pacul itu papat sing ucul. Maksudnya adalah empat indra, yakni mata, telinga, mulut, dan hidung. Jika lepas (ucul) dari kontrol akal, rasionalit­as akan berbuat semaunya. Sementara itu, gembelenga­n memiliki arti orang yang sombong. ’’Jika disimpulka­n dari serangkaia­n liriknya, sebenarnya untuk mengingatk­an para pemimpin agar selalu amanah, adil, dan tidak memanfaatk­an jabatan untuk kepentinga­n sendiri,’’ tambah Mustofa.

 ?? AHMAD KHUSAINI/JAWA POS ?? SEDERHANA: Anak-anak di kawasan Simokerto bersama anggota Kampoeng Dolanan merayakan Hari Musik Nasional dengan bernyanyi bersama di rel kereta api Stasiun Sidotopo kemarin.
AHMAD KHUSAINI/JAWA POS SEDERHANA: Anak-anak di kawasan Simokerto bersama anggota Kampoeng Dolanan merayakan Hari Musik Nasional dengan bernyanyi bersama di rel kereta api Stasiun Sidotopo kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia