Pengabdian Utama Polisi kepada Masyarakat
Bedah Buku Democratic Policing
SURABAYA – Instansi kepolisian terus mengalami perubahan di internalnya. Dahulu menjadi polisi adalah sebuah pekerjaan. Mereka hanya melekat di unit, satuan, bidang, atau divisi yang menaungi. Tanpa ada kewajiban untuk melayani masyarakat. Sebab, pekerjaan sebagai polisi dulu hanya mengabdi kepada atasan. Namun, semua itu telah berubah.
Berbagai macam perubahan tersebut tertuang dalam buku Democratic Policing. Buku itu ditulis oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Dia dibantu oleh pengamat politik, pertahanan, dan keamanan Prof (Ris) Hermawan Sulistyo.
Kemarin (9/3) berlangsung acara bedah buku itu di Gedung Gema Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Acara tersebut dihadiri Hermawan, Kapolrestabes Surabaya Kombespol Rudi Setiawan, Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol M. Iqbal, dan Sekjen Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Dr Himawan Estu Bagijo SH MH.
Hermawan menjelaskan, buku tersebut merupakan panduan bagi para polisi saat ini. Polisi merupakan sebuah profesi yang melekat pada dirinya. Di mana pun mereka bertugas, mereka merupakan pengayom masyarakat. ”Dulu kalau polantas dilapori ada maling, nggak akan gubris karena bukan tugas mereka. Sekarang? Ya, harus direspons,” jelas pria yang akrab disapa Kiki itu.
Dia menambahkan, itulah perbedaan polisi yang dijelaskan di dalam bukunya. Mereka kini tidak bersemboyan ”Satya Haprabu” (setia kepada atasan). Tapi, yang lebih utama mengabdi kepada masyarakat. ”Di situ demokrasi berlangsung,” tegas Hermawan.
Senada dengan Hermawan, Iqbal menjelaskan bahwa polisi diminta untuk terus hadir di setiap lini masyarakat. Sebab, mereka kini memiliki tugas ganda. Mereka tidak hanya menjadi objek perlindungan. Tapi, juga penggerak keselamatan dan keamanan lingkungan.