Jawa Pos

Kurikulum Lebih Luwes, SDM Siap Bersaing

-

KEPALA Disnakertr­ans Jatim Setiadjit menganggap kebutuhan dan ketersedia­an tenaga kerja belum sempurna. Dia menyoroti aspek kompetensi yang dimiliki kelompok pencari kerja. Hampir sebagian besar belum memenuhi permintaan pengusaha.

Setiadjit sudah menelusuri lembaga pendidikan di Jawa Timur. Baik SMA maupun SMK. Kurikulum yang digunakan masih bentuk lama. Perbanding­annya 70 persen teori dan 30 persen praktik. ”Kurikulum itu belum menjawab tantangan zaman,” katanya.

Yang lebih parah, kata Setiadjit, lokasi praktik juga ala kadarnya. Tidak jarang, ruang praktik yang digunakan lembaga pendidikan sudah berumur. Perangkat yang disediakan tidak up-to-date. Hal itu tidak akan menambah kompetensi SDM yang ada.

Dunia kerja saat ini mengandalk­an sistem digital. Banyak materi di lembaga pendidikan yang tidak releven lagi. Misalnya, teller di perbankan. Pekerjaan itu bukan lagi prioritas. Peluangnya semakin sempit.

Layanan teller di loket makin berkurang. Sekarang banyak yang menggunaka­n mesin ATM, sistem transfer internet atau m-banking, dan banyak teknologi lainnya.

Idealnya, materi yang tidak relevan itu dihapus. Harus diganti dengan kurikulum yang sesuai dengan era sekarang. Setiadjit merinci beberapa peluang yang bisa dimanfaatk­an. Salah satunya, desain grafis. Bidang tersebut sangat berguna dan memiliki peluang yang besar. ”Kurikulum harus lebih luwes,” jelasnya.

Dampaknya, banyak lulusan SMA mapun SMK yang kurang mumpuni. Mereka belum siap kerja. Wajar jika perusahaan belum tentu mau menerima. Sebab, perusahaan butuh sumber daya manusia yang siap kerja, bukan siap latih.

Perusahaan juga sering mengeluh dengan kondisi SDM era sekarang. Mereka lulus, tapi tidak menguasai materi yang diajarkan selama di lembaga pendidikan tersebut. Perusahaan harus melatih lagi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia