Fisik Pemain Bisa Kedodoran
SEBAGAI pemain sepak bola, berkostum timnas Indonesia merupakan kebanggaan. Makanya, sulit bagi mereka untuk memilih mana yang lebih penting di antara kepentingan klub yang menggaji mereka ataukah timnas. Selain itu, kalau tenaga pemain terlalu diforsir, dampaknya bisa buruk.
Winger Persebaya Irfan Jaya yang belakanganseringdipanggilketraining center (TC) timnas U-23 Indonesia mengalamidilemaitu.’Sayalihatwaktu kompetisi padat sekali. Pasti harus ada yang dikorbankan,’ katanya.
Pemain asal Bantaeng, Sulawesi Selatan, itu mengatakan, apabila operator liga tidak membuat jadwal yang tepat, pemain yang dipanggil timnas bakal kedodoran. Fisik dan staminanya tidak akan maksimal, baik ketika jasanya dipakai timnas maupun klub. ’’Sama dengan seperti ketika saya menyusul Persebaya ke Piala Gubernur Kaltim (PGK), lumayan lelah. Habis dari TC, lalu main untuk klub,’’ ujar pemain berusia 21 tahun itu.
Dia tidak membayangkan betapa lelahnya para pemain lainnya dengan jadwal yang diberikan. Pemain bernomor punggung 41 itu berharap, pemain tidak harus memilih apakah harus meninggalkan klub untuk bergabung bersama timnas atau sebaliknya. ’’Sama-sama kewajibannya. Kalau saya pribadi, terserah Pak Manajer (Chairul Basalamah, Red). Saya kontrak profesional bersama Persebaya soalnya,’’ jelasnya.
Terlepas dari soal kelelahan karena padatnya jadwal, Irfan menyatakan tidak ada masalah dengan sistem pelatihan di Persebaya dan timnas. Sebab, gaya melatih Luis Milla di timnas dengan Angel Alfredo Vera di Persebaya hampir sama. Selain Irfan, dari Persebaya ada bek muda Rachmat Irianto dan gelandang Nelson Alom yang dipanggil ke timnas U-23 Indonesia.
Hanif Sjahbandi, gelandang bertahan Arema FC, menyatakan bahwa panggilan timnas merupakan kesempatan terbaik buat dirinya. Beruntung, manajemen Arema FC memberikan restu. Padahal, klub berjuluk Singo Edan itu mengirim empat pemainnya dalam TC terakhir pada Februari lalu.
Selain Hanif, ada Ahmad Nur Hardianto, Bagas Adi Nugroho, dan kiper Kurniawan Kartika Ajie.