Jawa Pos

KRONOLOGI PENEMUAN JENAZAH BAPAK RITEL INDONESIA

- GRAFIS: ERIE DINI/JAWA POS

Jumat Malam (9/3) 1

20.00: Hari Darmawan meminta diantar mengunjung­i vilanya yang berada di dekat Sungai Ciliwung di Taman Wisata Matahari (TWM), Puncak, Bogor.

2

20.30: Karyawan mengantark­an Hari ke vila, lalu meminta izin mengambil air minum. Ketika dia kembali, Hari sudah tidak ada di tempat semula.

3

21.00: Karyawan dan staf TWM melaporkan hilangnya Hari ke polisi. Sejak pukul 21.00 dilakukan pencarian oleh tim SAR dan kepolisian. Namun, karena medan berbahaya, akhirnya diputuskan pencarian dilanjutka­n Sabtu pagi.

Sabtu (10/3) 4

Pencarian dimulai pukul 06.00 oleh aparat dan warga.

5

06.30: Anggota tim SAR bernama Deni Sudiana dan empat rekannya yang menggunaka­n perahu karet menemukan jenazah Hari 100 meter dari lokasi vila. Jenazah tersangkut batu kali dalam keadaan tertelungk­up.

Kalangan pengusaha ritel pun tak ragu menjulukin­ya sebagai Bapak Ritel Indonesia.

Hari Darmawan memulai bisnis di usia yang sangat muda. Pria kelahiran Makassar, 27 Mei 1940, tersebut mengawali perjalanan­nya sebagai pengusaha ritel dari sebuah toko kecil di Pasar Baru Jakarta pada Oktober 1958. Toko kecil tersebut merupakan toserba (toko serba-ada) milik sang mertua yang lantas dipercayak­an kepada Hari Darmawan untuk dikelola. Saat itu usianya masih 19 tahun.

Di bawah pengelolaa­nnya, toko kecil tersebut berkembang pesat. Sekitar sepuluh tahun kemudian Hari membeli toserba terbesar, yang juga pesaing terberatny­a, di Pasar Baru yang waktu itu bernama De Zon. Dalam bahasa Belanda, artinya matahari. Hari Darmawan pun mengganti nama toko itu menjadi ”Matahari”.

Dari situlah awal sang Matahari ”terbit”, hingga menjadi salah satu jaringan ritel terbesar di tanah air. Gerai pertama Matahari Department Store menempati gedung dua lantai seluas 150 meter persegi di Pasar Baru Jakarta. Pada 1980-an Hari mulai melebarkan cabang-cabang Matahari Department Store di hampir semua kota besar di Indonesia.

Pada awal 2000 Hari melepas sahamnya di Matahari Department Store dan membangun bisnis yang bertema social entreprene­ur. Pada 2007 pebisnis yang dikenal dengan rambut peraknya itu memilih fokus ke bidang sosial dan membangun tempat wisata dengan nama Taman Wisata Matahari yang mampu menggerakk­an roda perekonomi­an masyarakat sekitar.

Hingga kini Matahari Departemen­t Store telah memiliki sekitar 155 gerai di 60 kota di Indonesia. Saat ini Matahari Departemen­t Store dimiliki Lippo Group. Sepanjang 2017 perusahaan yang mulai melantai di Bursa Efek Indonesia pada 1992 dengan kode emiten LPPF itu mencatatka­n pendapatan bersih Rp 10 triliun.

”Tak berlebihan jika kita sebut beliau sebagai Bapak Ritel Indonesia. Beliaulah yang meletakkan fondasi ritel nasional. Sebagai dewan penasihat, beliau tak henti-henti mendorong semangat peritel,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey kepada Jawa Pos kemarin (10/3).

Roy menegaskan bahwa seluruh keluarga besar Aprindo sangat merasa kehilangan dengan kepergian sosok pelopor ritel tanah air yang juga pernah menjabat ketua umum Aprindo pada 2000–2004 tersebut. Banyak pesan Hari Darmawan yang membekas di benak Roy. Salah satunya adalah bagaimana dia begitu bersemanga­t menyampaik­an bahwa industri ritel lokal di Indonesia harus tampil. Tak boleh kalah oleh pengusaha ritel luar negeri. ”Peritel lokal harus menjadi juara di Indonesia. Kalau bisa juga cari kemungkina­n untuk ekspansi ke mancanegar­a,” ujar Roy menirukan ucapan Hari Darmawan pada sebuah diskusi kala itu.

Untuk mendorong mimpi tersebut, lanjut Roy, Hari Darmawan kerap menghubung­kan pelaku ritel lokal dengan para pengusaha ritel luar negeri. Juga, direko-mendasikan untuk melihat contoh-contoh ritel maju di negara lain supaya pelaku ritel lokal bisa menyerap ide model bisnisnya. ”Kita didorong untuk berani ekspansi. Kami mengenal beliau sebagai inspirator dan konseptor yang selalu punya semangat untuk maju dan berinovasi,” tambah Roy.

Berstatus founder di tengah usahanya yang berkembang pesat, Hari Darmawan dikenal tak segan untuk rajin turun langsung guna mengontrol operasiona­l bisnisnya. CEO Sogo Department Store Handaka Santosa menyebutka­n bahwa bukan pemandanga­n yang asing melihat Hari Darmawan mondar-mandir di department store-nya. Bahkan pada weekend

atau hari besar sekalipun.

”Jadi, saat itu saya tanya, beliau sebagai owner kan sudah memiliki direktur, manajer, dan sebagainya. Kenapa masih keliling sendiri? Beliau menjelaska­n bahwa weekend adalah bisnis yang besar untuk ritel. Pengunjung jumlahnya bisa double atau triple.

Jadi, beliau ingin tahu bagaimana dengan customer beserta keluhannya,” kenang Handaka.

Handaka pun mengaku pernah dekat dengan Hari Darmawan saat bersama-sama menjadi pengurus di asosiasi ritel. Saat Hari Darmawan memimpin Aprindo, Handaka menjabat sekretaris jenderal sehingga sering menghabisk­an waktu untuk berdikusi dengan mendiang.

”Beliaulah yang selalu mendorong kami semua untuk belajar ritel. Mempelajar­i bisnis ritel Jepang yang maju, menjalin komunikasi dengan para pemilik ritel internasio­nal. Bahkan, beliau juga pernah memimpin IGDS (Internatio­nal Group of Department Store). Saya banyak belajar dari beliau,” ujar Handaka.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia