Jawa Pos

Rutin Azan 20 Tahun, Kaget Bisa Umrah Gratis

Bajuri, Muazin Musala Kampung Kauman Rogojampi

-

Ketekunan Bajuri menjadi muazin tanpa dibayar selama 20 tahun berbuah manis. Lelaki yang berusia 76 tahun asal Kampung Kauman, Desa/Kecamatan Rogojampi, itu mendapat hadiah umrah gratis dari seorang dermawan asal Jakarta.

DEDY JUMHARDIYA­NTO, Banyuwangi

TERKEJUT. Antara percaya dan tidak percaya. Itulah perasaan Bajuri saat diajak berangkat umrah oleh seseorang selepas melaksanak­an salat Asar di Musala Salafiyah, Kampung Kauman, Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Rogojampi.

Bagaimana tidak. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja seseorang yang tidak dikenal memberinya hadiah umrah secara cuma-cuma alias gratis.

Dia pun langsung berangkat ke Tanah Suci dalam hitungan minggu. Bajuri menerangka­n, rezeki nomplok itu terjadi Oktober lalu.

Saat itu ada orang tak dikenal yang mencari muazin di musala dan masjid di Banyuwangi. Hanya, muazin yang dia maksud adalah mereka yang tidak dibayar atau tidak mendapatka­n honor dari takmir masjid maupun musala.

Entah, bagaimana ceritanya, saat itu Bajuri dihampiri orang tersebut. Orang yang mengaku dari Jakarta itu bertanya, apakah Bajuri sudah lama menjadi muazin dan diberi honor. Man Lek –panggilan akrab Bajuri– dengan polos menjawab setiap pertanyaan pria tersebut dengan jujur dan tanpa rasa curiga.

”Saat itu saya menjawab apa adanya. Saya menjadi muazin sudah 20 tahun lebih di Musala Salafiyah. Itu saya lakukan atas dasar ibadah dan tanpa pamrih mengharap honor,” tutur Bajuri.

Setelah menjawab pertanyaan orang dari Jakarta itu, dia langsung mendapat tawaran ke Makkah untuk melaksanak­an umrah. Semua biaya ditanggung. Ketika itu dia juga belum percaya dan tidak langsung mengiyakan.

”Saya waktu itu diberi waktu tiga hari untuk memikirkan jawabannya. Karena jatah umrah tersebut hanya untuk saya pribadi, sementara istri saya tidak,” ujar bapak empat anak tersebut.

Sebelum menjawab tawaran umrah tersebut, Man Lek mengumpulk­an empat anaknya untuk dimintai pendapat. Dia sebenarnya ingin berangkat dengan Junaenah, istrinya.

Setelah musyawarah dengan keluarga dan semua anaknya, akhirnya diputuskan bahwa Jun, istri Man Lek, ikut umrah bersamanya meski dengan biaya sendiri. ”Saat itu tanya, untuk biaya umrah istri Rp 20 juta. Semua biaya umrah istri saya ditanggung anak-anak dan keluarga,” ungkap dia.

Jawaban pun dipastikan sebelum tiga hari. Tepat pada 1 November, Man Lek bersama Jun berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara King Abdul Aziz, Makkah, Arab Saudi, untuk melaksanak­an ibadah umrah.

Semua biaya perjalanan umrah tersebut ditanggung H. Rais, dermawan asal Jakarta itu. Keberangka­tan Man Lek menuju Baitullah untuk umrah tersebut ternyata cepat tersiar di kampungnya.

Sepulang dari umrah, warga sekitar dan jamaah salat di Musala Salafiyah langsung ramai-ramai bersilatur­ahmi.

Ustad Abdul Rouf Tsani, salah seorang tokoh masyarakat setempat, mengatakan bahwa Man Lek merupakan sosok yang susah dicari saat ini. Dia tetap teguh dan gigih di usia yang sudah senja untuk taat melaksanak­an ibadah. Sudah lebih dari 20 tahun Man Lek selalu istiqamah (rutin/rajin) melaksanak­an salat lima waktu di musala.

Tidak sekadar menunaikan salat lima waktu, Man Lek juga orang yang kali pertama datang ke musala sebelum jamaah lain. Selain sebagai muazin, jika tidak ada imam salat, Man Lek kerap menjadi imam.

 ?? DEDY JUMHARDIYA­NTO/JAWA POS RADAR BANYUWANGI ?? ISTIQAMAH: Bajuri mengumanda­ngkan azan Asar di Musala Salafiyah, Kampung Kauman, Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Rogojampi, kemarin.
DEDY JUMHARDIYA­NTO/JAWA POS RADAR BANYUWANGI ISTIQAMAH: Bajuri mengumanda­ngkan azan Asar di Musala Salafiyah, Kampung Kauman, Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Rogojampi, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia