Jawa Pos

Kasus Raibnya Dana Nasabah Tak Sistemik

Jumlah Korban Jadi 33 Orang, BRI Ganti Uang yang Hilang

-

KEDIRI – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan investigas­i untuk mengungkap kasus raibnya dana sejumlah nasabah Bank BRI di Kediri kemarin (13/3). Khususnya di wilayah kantor cabang unit (KCU) Ngadiluwih dan kantor cabang pembantu (KCP) Purwokerto. Kesimpulan sementara, kasus susutnya dana nasabah secara misterius tidak bersifat sistemik dan belum ada laporan di luar Kediri

Kepala OJK Kediri Slamet Wibowo menyebutka­n, pihaknya telah memanggil pimpinan Bank BRI Cabang Kediri Dadi Kusnadi. ”Kami berkoordin­asi terkait penanganan kasus kejahatan perbankan tersebut. Mencari tahu penyebabny­a dan segera merumuskan solusi,” ujarnya kepada Radar Kediri (Jawa Pos Group) di Kediri kemarin. Investigas­i yang sama dilakukan bersamaan oleh OJK pusat dengan BRI di Jakarta.

Seperti diberitaka­n, 16 nasabah BRI melapor ke BRI KCU Ngadiluwih bahwa dana tabungan mereka berkurang pada Sabtu (10/3) dan Minggu (11/3). Padahal, mereka tidak melakukan transaksi apa pun. Mereka berasal dari tiga kecamatan di Kediri, yakni Ngadiluwih, Ringinrejo, dan Kras.

Jumlah uang yang didebit secara misterius berbeda-beda. Mulai puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah. Para nasabah yang saldonya berkurang tiba-tiba itu mengetahui adanya transaksi setelah mendapat notifikasi melalui short message service (SMS). Karena di akhir pekan kantor BRI tutup, mereka baru ramai-ramai melapor Senin (12/3).

Sampai kemarin, nasabah yang melaporkan nilai rekening berkurang tanpa mereka melakukan transaksi terus bertambah. Data sampai pukul 17.00 WIB, jumlahnya mencapai 33 nasabah. ”Jumlah nasabah yang rekeningny­a sudah tersedot secara otomatis sekitar 33 orang. Ini informasi dari BRI Kantor Cabang Kediri,” kata Kapolres Kediri AKBP Erick Hermawan kepada Radar Kediri kemarin.

Salah seorang nasabah yang melapor kehilangan uang kemarin adalah Atik Rohmawati. Warga Perumahan Proborini Asri, Ngadiluwih, itu mengaku mendapat SMS Minggu (11/3) pada pukul 19.16 WIB. ”Sempatnya melapor hari ini, Mbak,” tutur Atik.

Ibu rumah tangga itu mendapat SMS tiga kali. Dengan nilai transaksi yang berbeda-beda. Awalnya, dia memang melakukan penarikan via ATM senilai Rp 1 juta pada pukul 16.00. ”Uang itu, rencananya, untuk sambang ke besan,” katanya.

Anehnya, sekitar pukul 19.00 dia mendapat SMS notifikasi tiga kali secara beruntun. ”SMS pertama ditarik sebesar Rp 1.015.946.67. Kemudian, SMS kedua sebesar Rp 2.017.037.63. Sedangkan SMS terakhir Rp 1.015.946.67,” tutur Atik.

Tiga transaksi debit secara otomatis itu sontak membuat Atik kaget. Tapi, karena kondisi di rumah masih sibuk, Atik baru bisa melapor ke BRI kemarin (13/3).

Cerita lain datang dari Risa Sunarsih. Warga Desa Ngadiluwih itu mengaku sempat ditanya macam-macam oleh pihak Bank BRI. Penyebabny­a, dia melaporkan berkurangn­ya uang di rekening dengan nominal bulat. Menurut dia, dirinya dicurigai melakukan pengambila­n sendiri oleh pihak bank. ”Padahal, transaksi debit terakhir saya Selasa (6/3) minggu lalu sebesar dua ratus ribu rupiah,” paparnya.

Risa membeberka­n tiga transaksi debit dalam bentuk bilangan bulat di rekeningny­a pada Minggu (11/3). Transaksi debit pertama sebesar Rp 4 ribu. Transaksi selanjutny­a sebesar Rp 900 ribu. Lalu, transaksi terakhir Rp 50 ribu. ”Semuanya terjadi pada tanggal 11 Maret, Mbak,” tuturnya.

Setelah mendesak, akhirnya Risa diberi surat keterangan detail trouble ticket. Artinya, dia bisa dilayani Bank BRI sebagai korban raibnya uang. ”Syaratnya maksimal 40 hari kerja dan dalam seminggu harus menelepon pihak BRI untuk konfirmasi,” jelas perempuan berhijab itu.

Selain nasabah yang melaporkan kehilangan dana bertambah, banyak nasabah BRI di Kediri yang mendatangi ATM terdekat untuk mengganti PIN. Di KCU Ngadiluwih, puluhan nasabah berderet di depan mesin ATM. Mereka bahkan harus diberi nomor antrean agar tidak berebut.

Antrean juga terlihat di KCP Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih. Di tempat itu, ATM juga dipadati nasabah. ”Dari pagi hingga siang ini sudah ramai. Rata-rata untuk mengecek saldo dan mengganti PIN,” kata Joni, satpam KCP Purwokerto.

Menanggapi reaksi para nasabah tersebut, Kepala OJK Kediri Slamet Wibowo meminta para nasabah bank mengecek rekening masingmasi­ng. ”Bila terindikas­i ada masalah, harap segera melapor ke Bank BRI terdekat agar segera mendapat penanganan,” ujarnya. Bila memang uang tersebut hilang karena kejahatan, OJK akan berkoordin­asi dengan BRI untuk melakukan penggantia­n. ”Tentu mekanismen­ya sesuai prosedur BRI,” lanjutnya.

Pihak OJK berharap bank melakukan cleanup (pengecekan kondisi mesin ATM) secara rutin agar kejadian seperti itu tidak terulang. Selain itu, perlu ada edukasi kepada nasabah untuk mengamanka­n PIN. ”Agar mereka melakukan penggantia­n nomor PIN secara periodik,” ujarnya.

Selain itu, Bowo menyebutka­n bahwa kasus tersebut tidak bersifat sistemik (terjadi di seluruh sistem Bank BRI) dan hanya terjadi di Kediri. Sebab, belum ada daerah lain yang melaporkan kejadian serupa. OJK Kediri juga telah melakukan pemantauan di Trenggalek hingga Madiun. ”Untuk wilayah OJK kami, sementara hanya ada kasus di Kediri. Wilayah lain tidak ada. Semoga saja ini pertama dan terakhir,” ucap Bowo.

Laporan yang sama disampaika­n tim kantor OJK lain di Jawa Timur. ”Hingga kemarin, belum ada laporan raibnya dana nasabah,” tambahnya. Bowo juga heran bila nanti kejadian itu terbukti sebagai kejahatan perbankan, kok terjadi di Kediri yang notabene bukan kota besar. ”Ini yang juga masih kami dalami,” ujarnya.

Di sisi lain, BRI juga sedang memproses pengembali­an dana nasabah yang hilang. Karena perlu memvalidas­i data transaksi, dibutuhkan waktu 1–2 hari untuk pendataan.

Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto mengatakan, BRI sedang melakukan investigas­i internal, baik atas jumlah kerugian nasabah maupun sistem keamanan internal. BRI akan bertanggun­g jawab penuh terhadap kerugian yang dialami nasabah apabila hasil investigas­i menunjukka­n adanya skimming (pencurian data nasabah melalui kartu ATM).

Pada kesempatan terpisah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jatim Difi Ahmad Johansyah mengimbau masyarakat untuk menggunaka­n mobile banking. Sebab, dengan prosedur setiap masuk ke aplikasi harus memasukkan password, kode akses, atau identitas rahasia, keamanan lebih terjamin. ”Kalaupun pakai ATM, sebaiknya tidak menggunaka­n ATM di satu tempat saja dan harus menjaga kerahasiaa­n PIN,” katanya.

Penyelidik­an Polisi Polisi terus mendalami berbagai kemungkina­n penyebab menguapnya sebagian dana nasabah di Kediri. Kesimpulan sementara, kejahatan yang memakan korban puluhan nasabah BRI di wilayah Kecamatan Ngadiluwih, Kras, dan Ringinrejo itu bukan disebabkan pencurian data di kartu nasabah atau (skimming).

Kapolres Kediri AKBP Erick Hermawan menyebutka­n, tidak ada indikasi ke arah skimming. Sebab, secara berkala petugas telah melakukan pengecekan di mesin-mesin ATM yang ada. ”Sudah dilakukan pengecekan CCTV oleh Inspektora­t Kanwil BRI di mesin ATM sejak enam bulan terakhir. Dan dinyatakan tidak ada peralatan skimming yang terpasang,” dalih Erick.

Bila bukan skimming, lantas bagaimana dana di rekening nasabah bisa menyusut secara misterius? Erick mengaku belum bisa menyebutka­n dengan pasti bagaimana pelaku kejahatan perbankan itu beraksi. Pihak IT Polres Kediri telah berkoordin­asi dengan Polda Jatim dan IT dari BRI. Mereka saat ini terus melakukan penyelidik­an.

 ?? RAMADANI WAHYUI/JAWA POS RADAR KEDIRI ?? TAGIH HAK: Nasabah BRI Risa Sunarsih menunjukka­n surat keterangan BRI untuk mendapat ganti dana tabungan yang hilang di KCU BRI Ngadiluwih kemarin.
RAMADANI WAHYUI/JAWA POS RADAR KEDIRI TAGIH HAK: Nasabah BRI Risa Sunarsih menunjukka­n surat keterangan BRI untuk mendapat ganti dana tabungan yang hilang di KCU BRI Ngadiluwih kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia