Fluktuasi dalam Batas Fundamental
Rupiah Masih Rentan Melemah
JAKARTA – Nilai tukar rupiah yang terus bergejolak terhadap dolar AS (USD) memunculkan indikasi adanya kemungkinan pelemahan yang lebih dalam. Bahkan, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) mengingatkan pemerintah agar mewaspadai kemungkinan rupiah menyentuh angka Rp 15 ribu per USD.
Meski demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menekankan bahwa angka tersebut belum bisa menjadi patokan. Sebab, nilai tukar rupiah yang terus berfluktuasi belum sampai keluar dari fundamentalnya. ”Apabila ada institusi yang mengatakan bahwa rupiah bisa mencapai itu ( Rp 15 ribu, Red), belum bisa dijadikan pegangan. Sebab, stabilitas kurs rupiah mencerminkan fundamental kita,” kata Agus di gedung Kemenkeu kemarin (13/3).
Dia mengakui bahwa pada Februari dan Maret tahun ini tekanan rupiah lebih besar daripada tahun sebelumnya. Itu merupakan dampak dari kondisi eksternal. Antara lain, hasil rapat FOMC yang memberikan kesan bahwa ekonomi AS dalam proses pemulihan sehingga ada kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed bisa sampai tiga kali dalam tahun ini.
Aturan bea masuk baja dan aluminium yang baru saja dikeluarkan pemerintah AS juga membuat sentimen positif dan kuat terhadap dolar AS. ”Jadi, mata uang lain tertekan. Saya lihat kondisi secara year-to-date depresiasi di kisaran 1,5 persen,” kata Agus.
Tetapi, lanjut dia, dua hari terakhir, kondisi penguatan USD ternyata tidak terus berlangsung.
Kemarin pergerakan rupiah mulai menguat. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah bertengger di level Rp 13.757 per dolar AS (USD), menguat tipis 0,07 persen dari hari sebelumnya. Penguatan tersebut merupakan hal baik di tengah rupiah yang terus melemah dalam sepekan.
Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, laju rupiah mampu menguat di tengah penilaian dari lembaga rating Standard and Poor’s (S&P) yang menyebutkan bahwa rupiah akan mengarah ke level Rp 15 ribu per USD. Di sisi lain, adanya pernyataan dari BI bahwa pelemahan rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia juga turut berpengaruh.
Menurut Reza, pergerakan rupiah diharapkan bisa mempertahankan tren kenaikan meski tipis. Minimnya sentimen negatif dari dalam negeri serta kecenderungan beberapa berita positif dari pernyataan BI dan Kemenkeu terhadap optimisme mengenai kian membaiknya ekonomi Indonesia dapat memberikan imbas positif. ”Meski demikian, tetap cermati dan waspada jika terdapat potensi pembalikan arah,” ujarnya.
Sementara itu, kemarin indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak melemah ketika rupiah menguat. Indeks turun 1,35 persen ke level 6.412,85.
Analis FXTM Lukman Otunuga menilai, meski telah menguat, rupiah masih rentan melemah. Setidaknya untuk Maret ini.