Nahas setelah Berdebat Jelang Mendarat
KATHMANDU – Landasan pacu Bandara Tribhuvan di Kota Kathmandu, Nepal, sudah di depan mata. Keshav Pandey lega. Sebentar lagi pesawatnya mendarat. Tapi, dalam hitungan detik, pesawat terguncang hebat. Sesaat kemudian, pesawat turboprop milik US-Bangla Airlines itu mendarat dengan kasar.
”Begitu pesawat tidak bergerak lagi, saya berusaha melarikan diri. Tapi, saya tidak bisa ke mana-mana. Api ada di manamana. Saya tidak ingat lagi apa yang terjadi,” kata Pandey sebagaimana dilansir BBC Nepali kemarin (13/3). Dia tidak tahu persis bagaimana bisa keluar dari pesawat yang terbakar itu dan selamat. Dia menduga, dirinya terjatuh saat tim penyelamat mendobrak pintu darurat di sebelah kursinya.
Senin (12/3), saat kecelakaan terjadi, pesawat rute Bangladesh–Nepal itu mengangkut total 71 orang. Kecelakaan tersebut merenggut 49 nyawa, termasuk pilot dan kopilot perempuan. Dari 22 orang yang selamat, 11 di antaranya adalah warga Bangladesh. Yang lain berkewarganegaraan Nepal.
Kemarin (13/3) otoritas bandara menyatakan bahwa datadata penting yang terekam di kotak hitam pesawat sedang diperiksa. Dugaan awal, pesawat celaka karena kesalahpahaman antara pilot dan petugas air traffic control (ATC) alias menara pengendali lalu lintas udara mengenai lokasi pendaratan.
Dalam rekaman suara yang beredar luas di internet terdengar bahwa pilot dan petugas ATC beberapa kali menye- butkan angka 20 dan 02. Associated Press menyatakan, rekaman suara itu dirilis oleh situs keamanan penerbangan Jerman, JACDEC.
Awalnya, pilot dan kopilot menerima sinyal dari ATC untuk mendarat melalui landasan pacu 20. Tapi, beberapa saat kemudian, petugas ATC memerintah pilot mendarat di landasan pacu 02. Kopilot pun sempat berdebat dengan petugas ATC. Selama tiga menit, mereka berselisih paham tentang landasan pacu.
Pilot akhirnya memutuskan untuk mematuhi ATC. Dia mengambil alih kendali dan mengarahkan pesawat ke landasan pacu 02. Saat itu, petugas ATC mengatakan bahwa landasan pacu 20 juga clear. Pilot pun mengarahkan pesawat berbelok ke landasan pacu 20 sesuai rencana awal. Nahas, pendaratannya tidak mulus. Pesawat Bombardier Dash 8 Q400 itu celaka di ujung landasan dan terbakar.
”Sepertinya, sinyal salah yang dikirimkan oleh ATC Kathmandu yang menyebabkan kecelakaan itu,” kata Imran Asif, CEO US-Bangla Airlines, kepada Reuters.
Iqbal Hossain, pensiunan komodor Angkatan Udara Bangladesh, mengatakan bahwa bandara tersebut merupakan salah satu yang paling berbahaya. Letaknya berada di balik gunung yang diapit dataran dan jurang.
Kecelakaan Senin itu tercatat sebagai tragedi paling mematikan sejak kecelakaan pesawat milik Pakistan International Airlines pada 1992 yang menewaskan 167 orang.