Jawa Pos

Santri Ramai-Ramai Keluar

Takut Jadi Korban si Guru Cabul

-

GRESIK – Santriwati mana yang tidak takut diasuh seorang pengajar (ustad) cabul semacam Husnun Nadif? Sejak kasusnya mencuat Januari lalu, satu per satu santri dan santriwati meninggalk­an ponpes di Dusun Bangeran Lebak, Desa Bangeran, Kecamatan Dukun, itu. Semua keluar.

Ponpes pun berangsur sepi. Ada santri yang pamit. Sebagian pergi diam-diam. Para santri rata-rata merupakan warga desa setempat. ’’Takut jadi korban,’’ ujar Muh, salah seorang wali santri, kemarin (13/3).

Menurut dia, kasus pencabulan itu sebenarnya mulai terkuak pada Desember 2017. Orang tua santri curiga. Sebab, tingkah laku anak mereka berubah. Putri Muh menjadi salah satu korban ulah cabul Husnun. Lelaki bejat tersebut menggeraya­ngi anak Muh saat tidur.

Anak Muh yang baru berusia 12 tahun sering menangis. Pagi-pagi dia pulang. Matanya merah. Sembap. Ketika ditanya, gadis cilik itu tidak menjawab dengan jelas. ’’Hanya geleng kepala,’’ katanya.

Sejak saat itu putrinya malas masuk ponpes. Kalaupun mau, dia pasti berebut kamar dengan teman-temannya di asrama. Tidak mau sendirian. ’’Katanya takut ada hantu yang mengganggu,’’ tambah Muh.

Awalnya, kata-kata itu tidak dianggap serius. Dia menganggap putrinya hanya takut. Kamar tidur asrama ponpes gelap saat malam. ’’Saya tidak curiga apa-apa,’’ ucap lelaki 45 tahun tersebut.

Muh gelisah sejak tingkah laku putrinya berubah. Anak keduanya tersebut kerap murung. Suka mengurung diri di kamar. Saat ditanya, dia tidak pernah ngaku. Sebab, para korban memang dilarang bercerita kepada siapa pun oleh Husnun, si guru cabul.

Cerita senada muncul dari Sul. Lelaki yang juga tetangga Muh itu pernah meminta putrinya tidur di rumah saja. Sebab, jarak rumah dan ponpes hanya 100 meter. ’’Tapi, (Husnun, Red) minta semua santri menginap. Ada kegiatan mengaji malam,’’ ucapnya. Ternyata, permintaan itu cuma modus.

Sul mulai curiga setelah putri bungsunya yang duduk di bangku SMP tersebut malas pergi ke ponpes. Alasannya tidak jelas. Ketika ditanya, dia tidak menjawab dengan gamblang. ’’Sering saya marahi. Kok tiba-tiba tidak mau ngaji,’’ ungkapnya. Ternyata, dia menjadi korban pencabulan.

Bagaimana kelakuan bobrok Husnun terbongkar? Suatu ketika, seorang santri laki-laki membeberka­n ulah lelaki mesum berkedok ustad itu. Namanya Rohman. Dia menceritak­an kelakuan bejat bapak beranak tiga tersebut. ’’Sebelumnya tidak ada yang berani,’’ ucap Muh yang kali pertama menerima pengaduan santri itu. Dia sempat tidak percaya. Sebab, Husnun termasuk figur yang disegani.

Namun, berawal dari cerita tersebut, Muh berinisiat­if mengumpulk­an para orang tua korban. Ada empat orang. Mereka lantas bermusyawa­rah di balai desa. Oleh kepala desa, mereka disarankan melapor ke polisi. Pada 13 Januari mereka melapor ke Polres Gresik. Husnun dicari-cari. Dia ternyata sudah kabur ke Madura.

Sejak kasus itu ditangani polisi, para santri meninggalk­an ponpes. Sekarang tidak ada satu pun santri di tempat tersebut. Mereka pergi. Kemarin (13/3) kondisi ponpes sepi. Hanya terlihat bangunan berukuran sekitar 6 x 14 meter. Kosong.

 ?? ADI WIJAYA/JAWA POS ?? TERSANGKA: Husnun Nadlif.
ADI WIJAYA/JAWA POS TERSANGKA: Husnun Nadlif.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia