Jawa Pos

Diduga Melakukan Pelecehan, Guru Dipecat

Korbannya 12 Siswa

-

SURABAYA – Kasus dugaan pelecehan seksual di lingkungan sekolah kembali muncul. Kali ini terjadi di dua sekolah dasar negeri di kawasan Surabaya Barat.

Dugaan perbuatan tak pantas itu dilakukan oknum guru terhadap 12 murid perempuann­ya. Guru berinisial Z tersebut merupakan guru tidak tetap (GTT) di sekolah itu.

Berdasar informasi yang dihimpun, awalnya Z mengajar di satu sekolah saja. Tetapi, karena sekolah kekurangan guru, akhirnya Z diminta mengajar juga di sekolah lain. Dia mengajar agama Islam untuk satu kelas saja di dua sekolah.

Selama mengajar, pria berusia 43 tahun itu dikenal sebagai sosok yang humoris. Dia kerap mengajak muridmurid­nya bercanda. Menurut keterangan Imawati, salah seorang wali murid yang anaknya diajari Z, dia lebih banyak bercerita dan mendongeng dalam menyampaik­an materi.

Namun, kebiasaan itu diikuti dengan perilaku tidak terpuji. Dia kerap memeluk murid perempuan dari belakang. Setelah memeluk, Z meremas dada mereka. ”Kadang-kadang juga dicium pipinya sebelum pelajaran selesai,” lanjutnya.

Perilaku tercela tersebut terbongkar setelah minggu lalu seorang murid perempuan wadul kepada orang tuanya. Mendengar cerita tersebut, orang tua murid tidak terima dan langsung melapor pada sekolah.

Setelah pihak sekolah menelusuri, ternyata ada banyak murid yang diperlakuk­an serupa. Ada 12 anak yang berani dan mengaku pernah mendapatka­n perilaku tidak pantas itu dari sang guru.

Kemarin pagi (16/3) Z dipanggil pihak sekolah dan bertemu dengan orang tua korban. Anggota bagian kesiswaan Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya dan kepala sekolah dari dua sekolah pun hadir. Mereka melakukan pertemuan tertutup.

Rapat tersebut berjalan dari pukul 09.00 hingga 11.00. Ada sejumlah keputusan yang menjadi hasil pertemuan antara pihak sekolah dan wali murid itu.

Pertama, Z diberhenti­kan secara tidak hormat oleh komite sekolah. Kedua, menyelesai­kan masalah tersebut secara kekeluarga­an.

Wali murid tidak mengambil langkah hukum karena mempertimb­angkan dampak psikologis anak-anak yang menjadi korban. Sebagai gantinya, pihak dispendik akan mendatangk­an psikolog untuk mengobati trauma dan memberikan pengawasan kepada korban mulai hari ini.

Kapolsek Tandes Kompol Sofwan membenarka­n kejadian tersebut. Namun, hingga kemarin, pihaknya belum menerima laporan dari wali murid maupun pihak sekolah terkait permasalah­an yang dimaksud. ”Kalau ada laporan, baru kasusnya bisa diproses secara hukum,” terangnya.

Sekretaris Dispendik Surabaya Aston Tambunan mengatakan, kasus tersebut sedang diselidiki dispendik. ”Kami masih tunggu perkembang­annya dari Bu Agnes (Agnes Warsiati, Red),” terangnya.

Jawa Pos mencoba menghubung­i Kabid Sekolah Dasar Dispendik Surabaya Agnes Warsiati untuk mendapatka­n keterangan perihal kejadian itu melalui telepon seluler dan pesan instan. Namun tidak direspon.

PAKAI RASA: Bryan memotong rambut Melodi Rose. Matanya tertutup kain hitam. Bryan merampungk­annya dalam waktu 27 menit 11 detik.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia