Jawa Pos

Hoax: Kanker karena Minum Air Mineral yang Lama di Mobil

-

BPOM mengklarif­ikasi bahwa dioksin tidak dapat dihasilkan dari kemasan plastik yang terpapar panas di dalam mobil atau plastik yang dibekukan.

PESAN menakutkan tentang bahaya meminum air mineral yang kepanasan di dalam mobil membuat Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) angkat bicara. Sebab, pesan itu meresahkan. Katanya, air mineral yang kepanasan mengakibat­kan kanker.

’’IMPORTANT. Seorang teman kami menjadi sangat sakit setelah minum air yang tersisa di dalam mobil dalam semalam dan dia sakit selama beberapa bulan,’’ tulis kalimat pembuka pesan tersebut. Menurut pesan itu, air kemasan yang ditinggal di dalam mobil sangat berbahaya.

Pesan itu mencatut nama musisi Amerika Serikat Sheryl Crow. Menurut dia, Crow pernah mengungkap­kan di acara The Ellen Show bahwa meminum air mineral yang tertinggal di dalam mobil bisa mengakibat­kan kanker payudara. ’’Telah diidentifi­kasi sebagai penyebab paling umum dari tingginya tingkat dioksin pada jaringan kanker payudara,’’ tulisnya.

Dalam pesan itu juga disebutkan penjelasan ahli onkologi yang pernah menangani Crow. Katanya, perempuan tak seharusnya meminum air kemasan yang ditinggalk­an di dalam mobil. ’’Panas bereaksi dengan bahan kimia dalam plastik botol yang melepaskan dioksin ke dalam air. Dioksin adalah toksin yang semakin banyak ditemukan pada jaringan kanker payudara,’’ kata si pembuat pesan. Seperti biasa, si pembuat pesan meminta pembaca mengirimka­n pesan tersebut ke semua perempuan di sekitarnya.

BPOM langsung bereaksi dengan menerbitka­n klarifikas­i terkait dengan hal itu. Dalam rilis yang dibuat BPOM disebutkan, pesan itu merupakan hoax lama. ’’Lembaga penelitian yang disebutkan dalam pesan itu juga telah membuat klarifikas­inya,’’ tulis rilis BPOM. Dioksin tidak dapat dihasilkan dari kemasan plastik yang terpapar panas di dalam mobil atau plastik yang dibekukan.

Menurut BPOM, setiap jenis kemasan pangan, baik berupa plastik, kertas, maupun lainnya, berpotensi melepaskan komponen penyusunny­a ke dalam pangan yang dikemas. Perpindaha­n tersebut dapat meningkat dengan adanya suhu tinggi dan waktu kontak yang lama.

Tapi, proses produksi yang baik menjamin komponen penyusun tidak akan terlepas. Kalaupun terlepas, tentu sudah sesuai dengan persyarata­n dan tidak menimbulka­n risiko bagi kesehatan. ’’BPOM RI melakukan pengawasan dan kajian terhadap beberapa jenis kemasan plastik. Hasilnya menunjukka­n bahwa tingkat paparan masyarakat Indonesia masih dalam taraf aman,’’ tulis BPOM.

Pesan menakutkan seperti di atas biasanya juga disertai peringatan menggunaka­n wadah plastik untuk menghangat­kan makanan di microwave. Hal itu pun turut dibahas dalam rilis BPOM. Menurut BPOM, tidak semua plastik memang bisa digunakan di microwave. Karena itu, setiap produsen makanan selalu menyertaka­n instruksi apakah wadahnya bisa dipanaskan di microwave atau tidak.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia