Kali Pertama Diterapkan, Istri Pejabat Bingung Cari Suami
Pemkab Banyuwangi Pasang Alat Pengacak Sinyal ketika Rapat Khusus
Pemkab Banyuwangi punya cara khusus untuk membuat peserta rapat bisa fokus dan tidak terganggu dengan gawai mereka. Salah satunya ialah memasang alat jammer sinyal.
FREDY RIZKI, Banyuwangi
GAWAI menjadi alat yang tidak bisa dilepaskan dari aktivitas masyarakat pada era sekarang. Di sisi lain, benda tersebut memiliki dampak negatif. Salah satunya ialah menjadikan orang susah fokus dengan lawan bicara.
Hal itulah yang dibaca Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Melihat potensi kurang konsentrasi yang begitu tinggi gara-gara bermain gawai, Anas kemudian menerapkan penggunaan alat jammer portabel di beberapa kesempatan rapat khusus.
Alat pengacak sinyal itu dioperasikan ketika berlangsung rapat-rapat tertentu yang pesertanya melibatkan pejabat di lingkungan pemkab. Harapannya, para peserta yang mengikuti rapat tidak pecah konsentrasi karena bermain handphone (HP).
”Bapak-bapak tidak usah repot-repot memeriksa HP. Karena begitu masuk tadi, sinyal sudah kami jamming,” ujar Anas, lantas tersenyum ketika membuka rapat musrenbang Kabupaten Banyuwangi di Hotel Ketapang Indah Kamis lalu (15/3).
Anas pun meminta maaf karena peserta tidak bisa menggunakan ponsel selama musrenbang berlangsung. Jaringan ponsel peserta sengaja diacak agar mereka tetap berfokus pada materi kegiatan.
”Mohon maaf jika ada yang tidak bisa menggunakan smartphone-nya. Karena memang dalam setiap rapat saya meminta sinyal diacak agar peserta nggak main handphone terus,” ucap Anas di hadapan 700 lebih peserta musrenbang.
Saat kali pertama aturan tersebut diberlakukan setahun lalu, banyak istri atau suami peserta rapat yang bingung mengapa ponsel pasangannya tidak bisa dihubungi selama beberapa jam. ”Tapi, sekarang tahu, kalau HP-nya nggak aktif tiga atau empat jam, pasti rapat sama Pak Anas. Tapi, jangan disalahgunakan ya,” candanya.
Ainur Rofiq, 49, adalah salah seorang yang ditugasi pemkab untuk mengoperasikan alat
jammer tersebut. Pria yang bekerja sebagai staf di Bidang Persandian Dinas Kominfo Banyuwangi itu mengaku sudah hampir lima tahun menjadi operator jammer.
Yang pertama digunakan adalah alat jammer
versi 3G. Di beberapa rapat khusus yang digelar pemkab, alat tersebut sering kali dibawa. ”Kali pertama 2013. Waktu itu saya yang pertama ditugasi. Mungkin alasannya agar peserta lebih konsentrasi,” terang Rofiq.
Jammer berfungsi untuk mengacak sinyal. Baik itu sinyal ponsel maupun sinyal wifi. Jadi, seluruh ponsel akan langsung kehilangan sinyal begitu jammer dihidupkan. Alat pertama yang dimiliki Banyuwangi, yaitu jammer 3G, hanya bisa mengacak sinyal HP yang berjalan di jaringan 3G dan di bawahnya seperti 2G dan Edge.
Sedangkan alat yang saat ini dimiliki Banyuwangi, yaitu jammer 4G, bisa mengacak sinyal 4G dan turunan di bawahnya, termasuk sinyal wifi. ”Banyuwangi sendiri baru memiliki satu alat saja. Alat yang sebelumnya sudah kami kembalikan ke Badan Sandi Negara karena alat ini alat khusus. Di Jawa Timur saja hanya lima kabupaten yang punya, termasuk Provinsi Jatim,” jelas alumnus SMAN 1 Glagah itu.
Selama mengoperasikan alat pengacak sinyal tersebut, Rofiq mengaku sering berpindah tempat. Bergantung di mana Anas menghendaki alat itu dipasang. Mulai upacara 17 Agustus, sidang rapat paripurna, hingga rapat-rapat khusus yang diselenggarakan pemkab dan SKPD di beberapa lokasi.
”Jangkauan alat ini bisa sampai 40 meter persegi, bisa diatur juga sesuai kebutuhan. Terkadang protokol juga punya aturan sendiri. Jadi, saya menyesuaikan saja,” imbuh Rofiq.